TEORI
ANALISIS TRANSAKSIONAL
RESUME
A. Hakekat Manusia
Analisis transaksional berakar dari
filosofi antiderterministik. Filsafat ini menempatkan kepercayaan pada
kapasitas individu untuk meningkatkan kebiasaan dan memilih tujuan dan tingkah
laku baru. Pendekatan ini melihat individu dipengaruhi oleh ekspektasi dan
tuntutan dari orang-orang yang signifikan baginya terutama pada pengambilan
keputusan pada masa-masa dimana individu masih bergantung pada orang lain. Akan
tetapi keputusan yang telah dibuat tersebut dapat ditinjau kembali dan didobrak
bila keputusan awal tersebut tidak lagi sesuai sehingga dapat membuat keputusan
baru (Thompson,et.al,2004,p.266;Corey,1986,p.150-151 dalam Komalasari 2011:92).
Manusia dianggap memiliki pilihan dan
tidak tergantung pada masa lalu. Walaupun pengalaman masa lalu yang menentukan
posisi hidup tidak bisa dihapus, individu dapat mengubah posisinya.
B. Konsep Dasar Teori
Pendekatan analisis transaksional
memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang didalamnya turut
melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap
orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup.
Pendekatan ini memfokuskan pada
pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada
kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif,
rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatkan
kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah
hidupnya (Komalasari, 2011:93).
Beberapa konsep penting
dalam pendekatan analisis transaksional yaitu:
injuction
dan keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redicision).
1. Injungsi ( injunction)
dan Pengambilan Keputusan Awal (Early
Decision)
Injunction adalah pesan
yang disampaikan kepada anak oleh parent’s internal child out dari kondisi
kesakitan orangtua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi dan ketidakbahagiaan.
Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan
secara verbal dan tingkah laku, namun sering kali pesan ini terbentuk melalui
tingkah laku orang tua ( Corey,1986,p.153). Dibawah ini merupakan injunction
yang biasanya terjadi dan contoh kemungkinan keputusan yang dibuat untuk
merespon injunction tersebut :
a.
Don’t atau don’t do
anything (Jangan
berbuat apa-apa)
Injuction ini diberikan oleh orangtua
yang ketakutan. Injuction mengatakan kepada anak untuk tidak melakukan
aktivitas normal karena takut akan kecelakaan yang mungkin terjadi. Bentuk
pesan injuctionnya adalah “jangan berbuat apa-apa karena nanti berbahaya” atau
“lebih aman kalau kamu tidak berbuat apa-apa”. Anak yang menerima injunction
ini akan mempercayai bahwa tidak ada yang ia lakukan benar atau aman dan mereka
biasanya mencari pertolongan orang lain untuk melindungi dan mengambil
keputusan untuk mereka (De Blot,2002,p.104;Corey,1986,p.153) . Keputusan yang
mungkin diambil adalah “saya tidak dapat membuat keputusan untuk diri sendiri,
jadi saya mencari orang lain yang dapat membuat keputusan untuk saya”.
b.
Don’t
be ( don’t exist )
Ini adalah pesan yang paling berbahaya
(lethal). Pesan ini diberikan secara non verbal melalui cara orang tua
berkeyakinan tentang anak mereka. Pesan
orangtua dapat berupa “jangan hidup”, “jangan ada”, dan “jangan lahir”, “saya
berharap kamu tidak pernah dilahirkan sehingga saya tidak harus meninggalkan
semua yang saya punya”. Anak yang menerima pesan ini akan menyusun naskah hidup
yang berkeinginan untuk bunuh diri, minder, tidak berguna, tidak berharga,
tidak menarik, sikap brutal dan tidak peduli (De blot,
2002,p.95-96:Corey,1986,p.153 dalam Komalasari 2011:95). Pesan ini dapat
disampaikan oleh ibu yang telah memiliki banyak anak tetapi tiba-tiba hamil
lagi. Dalam hati ia menolak menerima anak yang dikandung, namun oleh ego state anaknya ia menolak anaknya.
Keputusan yang mungkin diambil adalah “saya
akan berusaha supaya kamu mencintai saya, walaupun itu akan membunuh saya”.
c.
Don’t
be Close ( jangan dekat)
Pesan ini diberikan oleh orangtua yang
tidak bisa dekat secara fisik atau yang menjauhkan anaknya sehingga anak kurang
mendapatkan kemesraan fisik dari orang tua. Anak yang kurang mendapatkan
kemesraan dari orangtuanya dan orang lain. Ia akan selalu mencurigai orang lain
dan dengan mudah memandang bahwa ia ditolak oleh orang lain. ( dalam Komalasari
2011:96). Keputusan yang mungkin diambil adalah “saya tidak memperbolehkan diri
say a dekat dengan orang lain”.
d.
Don’t
be Important (jangan menjadi orang penting)
Pesan ini merupakan pesan orang tua yang
secara tidak sadar membuang anaknya. Anak mungkin merasa tidak dihargai ketika
mereka berbicara sehingga mereka memutuskan bahwa mereka tidak penting, dan
tidak perlu bertanya apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Orang yang membawa
naskah hidup yang mengandung pesan ini menjadi panic bila ia diberi tanggung
jawab sebagai pemimpin, tidak dapat berbicara dihadapan orang banyak. Keputusan
yang mungkin diambil adalah “saya tidak pernah merasa berharga”.
e.
Don’t
be child (jangan seperti anak kecil)
Pesan
ini biasa diterima oleh anak tertua karena ia harus bertanggung jawab dan
merawat saudara-saudaranya. Pesan ini juga diterima oleh anak tunggal terutama
bila keluarga atau orangtua mengalami masalah. Anak merasa bahwa ia harus cepat
besar sehingga dapat berbuat sesuatu. Pesan ini juga biasanya disampaikan oleh
keluarga yang mengalami kekerasan hidup, memegang norma tradisional yang kaku.
Keputusan yang mungkin diambil anak adalah “saya akan selalu dewasa dan tidak
boleh bertindak kekanak-kanakan”.
f.
Don’t
succeed atau don’t make it (jangan berhasil)
Pesan ini biasanya disampaikan oleh
orang tua yang biasa mengkritik anak-anaknya. Pesan yang disampaikan dapat
berbentuk :”kamu tidak bisa melakukan ini”, “kamu tidak pernah melakukan segala
sesuatu dengan baik”. Anak yang menerima pesan ini mendapatkan stroke untuk gagal. Pesan ini juga
representasi atas perasaan iri orang tua pada anak mereka yang lebih berhasil (
dalam Komalasari, 2011:99). Keputusan yang mungkin diambil yaitu “saya pada
dasarnya bodoh dan pecundang”, “tidak peduli seberapa baik saya, saya tidak
pernah merasa cukup baik”.
g.
Don’t
be you (jangan begitu)
Pesan ini disampaikan oleh orang tua
yang ingin memiliki anak dengan jenis kelamin yang berbeda dengan anak yang
dilahirkannya atau yang memiliki harapan yang terlalu tinggi untuk anak-anak
mereka. Bentuk pesan injuction ini
dapat berupa bahwa “kamu harusnya perempuan (atau laki-laki) dan saya baru
mencintai kamu”. Hal ini dapat terlihat dari perkataan dan tingkah laku
orangtua yang mendandani anak seperti anak perempuan dengan anak laki-laki atau
sebaliknya. Keputusan yang mungkin diambil yaitu “tidak peduli seberapa baik
yang saya lakukan, saya tidak bisa menyenangkan mereka”.
h.
Don’t
be sane and don’t be well
Beberapa anak menerima stroke ketika mereka sakit atau bila
mereka bertingkah laku ‘gila” (Corey,1986,p.154). Hal ini
berakibat pada anak untuk berpikir bahwa untuk mendapatkan perhatian
orangtuanya, ia harus sakit. Secara tidak sadar orangtua memberi pesan pada
anak “jangan sehat”. Pesan ini banyak disampaikan melalui pesan nonverbal. Anak
belajar bahwa sakit akan menyelesaikan masalahnya, sehingga setiap mengalami
masalah atau perubahan dalam hidup, ia akan jatuh sakit (De blot 2002,p.111
dalam Komalasari,dkk. 2011:101). Keputusan yang mungkin diambil yaitu “saya
akan sakit (atau “gila”) sehingga saya mendapatkan perhatian.
i.
Don’t
belong ( jangan jadi orang kita)
Pesan ini mengindikasikan bahwa keluarga merasa bukan bagian dari
komunitas atau kelompok tertentu (Corey,1986,p.154). Individu dapat merasa
asing dapat karena ia dididik oleh orangtua yang kaku sehingga ia merasa
dirinya asing, aneh dan tidak diterima dalam lingkungan atau dapat pula anak
yang dibesarkan oleh keluarga yang berbeda-beda seperti anak yatim atau anak
yang sejak kecil sudah dibesarkan dalam asrama (dalam Komalasari, dkk. 2011 :
102). Keputusan yang mungkin diambil yaitu : “tidak seorangpun akan menyukai
saya karena saya bukan bagian dari kelompok manapun”.
j.
Don’t
think (jangan berpikir)
Pesan “jangan berpikir” dapat berupa kritik terhadap hasil kerja
anak, disampaikan oleh orang tua untuk menghindari pertanyaan anaknya, tidak
boleh memikirkan sesuatu yang tabu dalam kebudayaan tertentu, orangtua tidak
mau dikalahkan anaknya yang berbeda pendapat. Contoh-contoh pesannya yaitu
“jangan berpikir yang aneh-aneh”, “ah itu urusan nanti, tidak usah dipikir
sekarang”.
k.
Don’t
feel (jangan merasa)
Orang yang tidak bisa mengekspresikan perasaan atau mencurahkan isi
hatinya dapat disebabkan karena ia adalah orang yang pemalu, atau dalam
kebudayaannya tidak dibiasakan untuk mengekspresikan perasaannya kepada orang
lain dan tidak boleh membicarakannya. Pesan ini dapat ditujukan kepada ke
perasaan fisik seperti anak tidak boleh makan di luar jam tertentu. Dengan
demikian anak mendapat pesan “jangan merasa lapar”.
2. Strokes
Dalam analisis transaksional, strokes adalah bentuk dari pengakuan. Stroke dapat berupa sentuhan fisik atau
bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh, dan verbalisasi(Thompson,et.al,
2004,p 276).Stroke positif
direpresentasikan dengan kata-kata :”saya suka kamu” dan pengakuan ini diiringi
dengan sentuhan hangat, kata-kata yang menerima, dan bahasa tubuh yang penuh
perhatian. Stroke negatif biasanya
berkata “saya tidak suka kamu” dan biaanya diekspresikan secara verbal dan non
verbal. Stroke positif merupakan
bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang sehat. Stroke ini membentuk eskpresi kasih
sayang dan penghargaan. Adapun stroke
negatif menghambat perkembangan individu. Stroke
negatif mengambil harga diri individu dengan menghilangkan, mempermalukan,
dan mempermainkan individu. Individu yang mengalami kekurangan akan stroke akan menggunakan waktu dan
hidupnya untuk mendapatkan stroke
dengan memainkan games psikologis (James&Jogward, 1996,4.144 dalam
komalasari, dkk 2011:106).
Menurut teori analisis transaksional, stroke yang diterima oleh individu adalah
stroke yang akan ia berikan kepada orang lain. Anak-anak membutuhkan sentuhan
dari orang lain disekitarnya melalui pemberian makanan dan sebagainya. Apabila
anak tidak mendapatkan sentuhan ini ia akan mengalami kekurangan, seperti
kekurangan gizi yang dapat menghambat pertumbuhan.
3. Naskah Hidup (Life Script)
Naskah hidup adalah berbagai cara yang mirip
dengan drama dengan plot. Naskah hidup adalah sebuah lakon hidup yang disusun
pada masa kecil, kemudian diperkuat orang tua, lalu dibenarkan oleh pengalaman
selanjutnya dan memuncak pada pilihan tertentu (De Blot,2002.p.25). Naskah
hidup disusun atas dasar penentuannya sendiri. Orangtua tidak menentukan naskah
hidup anak, tetapi ia memberikan pengaruh bagaiamana anak tersebut menyusun
naskah hidupnya. Pesan-pesan orangtua baik verbal maupun non verbal dapat merangsang
anak dalam membentuk naskah hidup tertentu atas tanggapan atas pesan
orangtuanya. Naskah hidup dipengaruhi oleh injuction,
stroke dan hunger (kekurangan stroke positif). Sesudah naskah hidup disusun
pada waktu kecil, seiring dengan bertambahnya umur, naskah hidup ini pun
berkembang lebih lanjut. Pada perkembangannya naskah hidup mendapat bentuk yang
oleh analisis transaksional dinamakan naskah hidup pemenang, pecundang, dan
bukan pemenang.
4. Konsep Ego State (status ego)
Terdapat tiga jenis ego state yaitu ego state orangtua (parent),
ego state anak-anak (child), dan ego state dewasa (adult).
a)
Ego state Orang tua ( Status Ego
Orangtua)
Adalah
bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua.Ego state orangtua cenderung
memiliki ciri-ciri antara lain: menasehati, kritik, berperilaku sesuai dengan
aturan. Terdapat dua jenis status ego orangtua, yaitu:
- Orang tua yang membimbing ( Nurturing parent)
Ciri orangtua
yang memimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan
kebutuhan orang lain, serta menilai dan memberi batasan benar salah yang tegas.
- Orangtua yang mengkritik (critical parent)
Cirinya adalah
cenderung menasehati, mengkritik dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung
keras. Sering kali mengatakan “tidak”, “jangan”. (dalam Komalasari, 2011 :109)
b)
Ego state orang dewasa (adult)/Status
Ego orang dewasa
Adalah
bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian
objektif dari kepribadian. Ciri ego
state ini adalah berpikir logis erdasarkan fakta-fakta objektif dalam
mengambil keputusan, nalar, tidak emosional dan bersifat rasional. Ekspresi
wajah tenang dan nada suara datar ( Dalam Komalasari,dkk 2011:110)
c)
Ego state Anak-anak (child)/status
ego anak-anak
Ego state
anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls dan spontanitas. Biasanya
ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan
untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yan direspons dengan
melihat, mendengar dan memahami sesuatu,manipulasi lingkungan seperti
menunjukkan sikap manja, menangis, dan merajuk. Terdapat tiga jenis ego state
anak yaitu:
a.
Anak yang alamiah: cirinya adalah spontan
mengungkapkan perasaan dan keinginannya, baik emosi positif maupun negatif.
b.
Profesor kecil : anak yang menunjukkan
“kebijaksanaan” anak-anak. Cirinya adalah egosentris, manipulatif, dan kreatif.
c.
Anak yang menyesuaikan diri
Terdapat dua
jenis ego state dalam ego state anak yang menyesuaikan diri :
1)
Anak yang penurut : ego state yang melakukan apa
yang dikehendaki orang lain bukan ungkapan perasaan dan keinginan sebenarnya.
Biasanya diungkapkan dengan suara lirih
2)
Anak yang memberontak: ego state yang melakukan apa
yang bertentangan dengan kehendak orang lain (dalam komalasari,dkk 2011:111)
5. Posisi Hidup (Life
Position)
Posisi hidup ini berhubungan dengan eksistensi
hidup individu karena merupakan penilaian dasar terhadap diri dan orang lain.
Posisi ini merupakan titik pangkal dari setiap kegiatan individu, setiap
penggunaan waktu, game, perbuatan rencana dan reaksinya. Keyakinan ini
dinamakan posisi hidup yang terdiri dari empat posisi hidup yaitu I’m OK,
you’re OK; I’m OK, you’re not OK; I’m not OK, you’re OK; I’m not OK, you’re not
OK.
a)
I’m OK – You’re OK
Posisi
ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena
secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain.
Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena
baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui. Individu
yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia
dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b)
I’m OK – You’re not OK
Posisi
ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif
orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu
reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah
perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi
I’m OK – You’re not OK. Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah
individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
c)
I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan,
mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior (
bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang
lain.
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh
dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan
pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini
sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan
tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d)
I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian
seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak
dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena
dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang
OK. Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup
umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua
berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam
kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya
tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh
diri atau pembunuhan.
6. Membuat Keputusan Ulang (
Redecisions)
Dalam proses membuat keputusan ulang, konseli
diajak untuk kembali ke masa kecil di saat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk
ego state anak-anak dan memfasilitasi
konseli untuk membuat keputusan baru. Contohnya, seorang anak laki-laki
berjuang untuk mengubah keputusan awal untuk tidak ingin hidup, anak tersebut
diajak untuk kembali ke situasi masa kecilnya, mengalami kembali perasaan pada
masa itu dan berkata pada dirinya (dan kepada simbolisasi orangtua) bahwa ia
ingin hidup. Dengan demikian, ia membuat keputusan baru dalam hidupnya untuk
menghentikan sikap dan tingkah laku merusak diri dan hidup secara penuh untuk
dirinya.
7. Games
Pada umumnya individu mendesain games untuk
mencegah intimasi dan bertujuan untuk mendukung keputusan asal dan bagian dari
naskah hidup individu (rencana hidup atau kesimpulan tentang bagaimana harus
bertindak untuk bertahan hidup). Contohnya, individu yang diberi pesan”don’t
make it” akan berasumsi membuat keputusan bahwa ia tidak sukses, bila ia
mengalami kesuksesan akan akan membuat kecemasan baginya (Corey, 1986,p.155
dalam komalasari, dkk, 2011:116)
Games berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan biologis,
eksistensial, psikologis, area sosial internal dan eksternal. Games merupakan
bagian yang penting dalam interaksi individu dengan orang lain dan individu
harus memahami games yang dimainkannya untuk hidup lebih otentik
(Corey,1986,p.155).
C. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling analisis transaksional
adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku
sekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana
kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar
untuk menentukan arah hidup yang lebih baik. Inti terapi ini adalah mengganti
ke arah gaya hidup yang otonom yang memiliki ciri-ciri: kesadaran, spontan,
intim, dengan menggunakan game dan
naskah hidup. Individu juga belajar menulis kembali naskah hidup mereka
sehingga mereka memiliki kontrol atas hidup mereka (Dalam komalasari,dkk.
2011:128). Adapun tujuan khusus pendekatan ini adalah:
a.
Konselor membantu konseli
untuk memprogram pribadinya agar membuat ego
state berfungsi pada saat yang tepat.
b.
Konseli dibantu untuk
menganalisis transaksi dirinya sendiri.
c.
Konseli dibantu untuk menjadi
bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang
diinginkan.
d.
Konseli dibantu untuk
mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas
dasar kesadaran.
D. Peran dan Fungsi Konselor
1)
Konseling analisis
transaksional didesain untuk mendapatkan insight
emosional dan intelektual, tetapi fokus pada bagian rasional. Hal ini
berimplikasi pada peran konselor dalam proses konseling yang lebih banyak
didaktik dan fokus pada pemikiran konseli.
2)
Menurut Harris (1967) peran
konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamat dengan terlibat secara
penuh dengan konseli.
-
Sebagai guru, konselor
menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktur, analisis transaksi,
analisis naskah hidup, dan analisis game. Konselor juga membantu konseli
menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan
mengembangkan strategi untuk mengatasinya (dalam Komalasari, 2011:128).
-
Sebagai pelatih, konselor
mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya sendiri, membantu
klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan
status ego yang tepat.
-
Sebagai nara sumber, Konselor
Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yg tdk menguntungkan.
-
Sebagai fasilitator, Konselor
menolong klien mendapatkan perangkat yg diperlukan, menyediakan lingkungan yang
menunjang untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien
3)
Konselor membantu konseli
menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang
sesuai sekarang.
E. Hubungan antara Konselor dan
Konseli
Ada beberapa implikasi yang
menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu:
a. Tidak ada jurang pengertian yang tidak
bisa dijembatani di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi
kata-kata dan konsep-konsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang
sama tentang situasi yang dihadapi.
b. Klien memiliki hak-hak yang sama dan
penuh dalam konseling, berarti klien tidak bisa dipaksa untuk
menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya..
c. Kontrak memperkecil perbedaan status dan
menekankan persamaan di antara konselor dan klien.
d. Hubungan
yang egaliter antara konselor dan konseli. Konselor dan konseli bekerja sebagai
partner dalam konseling.
F. Teknik-teknik Konseling
Teknik-teknik konseling analisis transaksional
banyak menggunakan teknik-teknik pendekatan Gestlat. James dan Jongeward (1971)
mengkombinasikan konsep dan proses analisis transaksional dengan eksperimentasi
Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self awareness dan autonomy. Ada beberapa teknik konseling diantaranya:
a. Metode Didaktif
Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif,
prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari pendekatan ini.
b. Kursi Kosong (Empty Chair)
Teknik ini merupakan adopsi dari pendekatan Gestalt. Teknik ini
biasanya digunakan untuk analisis struktur. Mc Neel (1976) mendeskripsikan
bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk
membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orangtua atau orang lain
pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished
business masa lalu (Corey,1986,p.164)
c. Bermain peran (Role Playing)
Bermain peran biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana
melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan
konseli. Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk
bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi
lain dapat dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini
terhadap ego state tertentu (Corey,1986,p.164)
d. Penokohan Keluarga (Family Modeling)
Family modeling adalah pendekatan untuk melakukan structural
analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent,constant adult atau constant child. Konseli diminta untuk membayangkan episode yang
berisi orang-orang yang penting baginya di masa lalu. Konseli bertindak sebagai
sutradara, produser dan aktor. Konseli mendefinisikan situasi dan menggunakan
anggota kelompok sebagai pengganti anggota keluarganya. Konseli menempatkan
mereka sehingga ia mengingat situasinya. Berdasarkan hasil drama ini konseli
dan konselor mendiskusikan, bertindak, dan mengevaluasi sehingga dapat
meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang
masih dipegang teguh oleh konseli (Corey,1986,p.164).
e. Analisis Ritual dan Waktu
luang
Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual
dan mengisi waktu luang (past times)
yang digunakan dalam structuring of time .
Time structuring adalah materi penting untuk diskusi dan penilaian karena
merefleksikan keputusan tentang naskah hidup tentang bagaimana bertransaksi
dengan orang lain dan bagaimana mendapatkan
stroke. Individu yang memenuhi sebagian besar waktunya dengan ritual dan
pastimes kemungkinan mengalami kekurangan stroke
dan kurang intimasi dalam bertransaksi dengan orang lain. Karena transaksi
ritual dan pastimes memiliki nilai stroke yang rendah, orang yang bertransaksi
sosial mungkin akan mengeluh merasa kehampaan (emptiness), bosan, tidak memiliki kesenangan, merasa tidak dicintai
dan merasa tidak berarti.
Teori Analisis
transaksional tentang manusia dan hubungan manusia didapat dari pengumpulan
data melalui empat tipe analisis yaitu analisis struktur, analisis transaksi,
analisis naskah hidup dan analisis games.
a.
Analisis Struktural
Analisis structural adalah dengan melihat kepribadian individu yang
terdiri dari tiga ego state yaitu orangtua, dewasa, dan anak-anak. Analisis
struktur adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi
sadar atas isi dan fungsi ego state
nya. Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego state yang
membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah
laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya (dalam
Komalasari, dkk 2011:117).
b.
Analisis transaksi
Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang
dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Analisis transaksi
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu transaksi komplementer, transaksi
bersilang, dan transaksi ulterior atau terselubung..
-
transaksi komplementer :
transaksi yang terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapatkan respons dari egp state
spesifik seperti yang diharapkan.
-
transaksi bersilang :
transaksi terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapatkan
respons dari ego state yang tidak diharapkan.
-
transaksi terselubung :
transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang
disampaikan tidak jelas.
c.
Analisis Naskah
Analisis naskah hidup adalah bagian dari proses terapi dimana
pola-pola hidup yang diyakini individu diidentifikasi. Konseli dibantu untuk
mengdidentifikasi naskah hidup dan menyadari naskah hidup serta posisi hidupnya
kemudian diminta untuk mengubah programnya. Analisis naskah hidup dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek masalah hidup yang berisi item yang
berhubungan dengan posisi hidup, rackets,
games sebagai keseluruhan fungsi kunci dari naskah hidup seseorang. (Corey,
1986,p.165 dalam Komalasari, 2011:124).
d.
Analisis Games
Analisis transaksional berpandangan bahwa games
adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan naskah hidup. Games yang bisa dimainkan antara lain : “kasihan
saya”, “iya tapi..,”, “bila ini bukan untuk kamu”. Dalam melakukan analisis
games, konselor memperhatikan rackets. Rackets adalah perasaan tidak
menyenangkan yang dialami individu setelah bermain games. Individu dapat
mengembangan racket kemarahan, racket bersalah atu racket depresi.
Dalam melakukan analisis games, dapat digunakan
dua cara yaitu formula G dan Segitiga Drama Karpman (The Karpman Drama Triangle). Analisis dengan formula game dilakukan
dalam enam langkah yaitu Con (Stimulus yang memancing orang lain untuk main),
Gimmick( tanggapan dari orang lain untuk ikut), Respon, Switch, Cross Up (saat
kebingungan kedua pihak) dan kemudian Pay Off (perasaan tidak enak kedua
pihak). Dan Cara kedua adalah Segitiga Drama Karpman adalah alat yang berguna
untuk membantu individu memahami games. Dalam segitiga terdiri dari penuduh atau orang yang menyakiti,
penolong, dan korban (dalam Komalasari,2011 :126)
G.
Evaluasi (Kelebihan dan Kelemahan)
1. Kelebihan:
e. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
AT memandang manusia
dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah
yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah
sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
f. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT
adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas
untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya
dengan konselor atau orang lain. Dan itu adalah persoalan
interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
g. Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang
muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak,
sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran
manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O,
D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi
atau komunikasi manusia.
e. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada
cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi,
cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu,
AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang
dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh
pendekatan lainnya.
2. Kelemahan
a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak
treatment antara konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa.
Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis. Tetapi
dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan
jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya
kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya
diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini
dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien
termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang
subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam
menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan
sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan
dalam menakar egogram klien.
H.
Ilustrasi Kasus
Sebagai
ilustrasi berikut gambaran kasus yang akan ditangani Konselor. Irma adalah anak
pertama dari 3 bersaudara, ia seorang anak yang patuh, penurut, tidak pernah
membantah, apapun yang diperintahkan orang tuanya selalu dilaksanakan dengan
baik.
Irma seorang anak yang pintar secara akademik, selalu
mendapatkan peringkat kelas dari mulai SD sampai SMA di sekolah yang bertaraf
internasional. Semua orang tua Irma yang menentukan apa yang harus dilkukan
Irma, dan Irma menerima semua perlakuan orang tuanya tanpa protes sedikitpun.
Bahkan penjurusan di kelas XI pun orang tuanyalah yang mewajibkan masuk IPA
walaupun sebenarnya Irma ingin masuk jurusan IPS karna Irma ingin masuk
Fakultas Akutansi ketika kuliah nanti dan
menjadi seorang akuntan nantinya. Orang tuanya senang dan bangga Irma
mau masuk jurusan IPA sesuai kemauan orang tuanya.
Irma pernah sekali mengungkapkan keinginannya untuk
masuk IPS biar jadi Akuntan, tapi orangtuanya tidak mau tahu dan selalu
melarang Irma belajar akutansi. Menurut Irma, orangtuanya berpikir bahwa
pilihan terbaik adalah apa yang diputuskan oleh orangtua, bukan Irma yang hanya
seorang anak.
Awal semester satu di kelas XI Irma menjalani dengan
biasa dan berjalan lancar tanpa kendala, begitu memasuki semester dua mulailah
Irma merasa bosan dan jenuh serta tidak semangat karena bukan jurusan ini yang
ia inginkan, nilainya mulai merosot dan orang tuanya hanya bisa marah-marah dan
mengharuskan Irma lebih serius dalam belajar tanpa memperdulikan perasaanya.
Irma merasa berat menjalaninnya, ia merasa tertekan dan stres, ia ingin pindah
ke jurusan IPS namun lagi-lagi orang tuanya tidak perduli. Buah dari semua itu
akhirnya nilai Irma benar-benar turun dratis bahkan dibawah standar nilai yang
telah ditentukan oleh sekolah. Dan orang tua Irma semakin marah dan semakin
menekan Irma.Karena hal itu, Irma semakin merasa tertekan dan stres. Dia ingin
memiliki kekuasaan atas pilihan jalan hidupnya sendiri, tapi tak sanggup
melawan ego orangtua.
Penyelesaian
permasalahan tersebut yaitu konselor mengarahkan konseli, dalam hal ini Irma
agar dapat menentukan arah hidupnya yang lebih baik. Dari yang tidak bisa
mengungkapkan atau mengkomunikasikan keinginanannya kepada orang tua, menjadi
bisa mengkomunikasikan keinginannya kepada orang tua. Dan kemudian konselor
harus mampu membantu irma menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Gantina.
Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan
Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Corey,
G. 2009. Theory and Practice of
Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole
casino slot games with high rewards - Dr.MCD
BalasHapusWith a game 충주 출장안마 that provides the player with a fun 동두천 출장마사지 gaming experience, casino slot 김해 출장샵 games give 파주 출장샵 them the opportunity 전주 출장안마 to try their luck. Slot Machines.