PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR
A.
Hakekat Manusia
Pendekatan
Trait and Factor memandang bahwa ada delapan pandangan tentang manusia yang
bisa disimpulkan dari pendapat Williamson (Fauzan, 2004:79) yaitu sebagai
berikut:
1.
Manusia
dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk
Williamson berbeda dengan Rouseau
yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkunganlah yang membentuknya menjadi jahat. Menurut
Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak
ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak
ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat
itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung
pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Manusia bergantung dan hanya akan
berkembang secara optimal ditengah-tengah masyarakat
Manusia memerlukan orang lain dalam
mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam
hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup
sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan
yang baik (good life)
Memperoleh kehidupan yang baik dan
lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan
adalah “arête”. Manusia berjuang mencapai arête yang menghasilkan
kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat
diartikan kecemerlangan (excellent).
4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi”
konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan.
Dalam keluarga, individu berkenalan
dengan konsep hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya
dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan
konsep alam semesta (the universe)
Williamson menyatakan bahwa konsep
alam semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari : (a) Manusia menyendiri, ketidakramahan alam semesta. (b) Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau
menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
Selain
konsepsi pokok tentang manusia sebaimana dikemukakan Williamson, terdapat
cakupan penting untuk dikemukakan karakteristik atau hakiki yang lain tentang
manusia, yaitu:
1.
Manusia merupakan individu yang unik
2.
Manusia memiliki sifat-sifat yang
umum
3.
Manusia bukan penerima pasif bawaan
dan lingkungannya
B.
Konsep Dasar
Teori
atau pendekatan “Trait and Factor” ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G.
Darley, serta pendukung-pendukung lainnya seperti : Walter Bingham, Donald G,
Paterson, Thurstone, Eysenk,
dan Cattel. Konsep
utama menurut teori ini bahwa kepribadian merupakan
sistem atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti
kecakapan, minat, sikap,
dan tempramen.
Pada
awalnya trait and factor bernama “minesota point of view”. Hal yang mendasari
bagi konseling trait and factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk
menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi
pengembangan potensinya.
Konseling
dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga
konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga
yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas
bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri itu dianggap sebagai
suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori
Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat
dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling
Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes
psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
dimensi atau aspek kepribadian
tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling
trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan beraneka
problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi atau bidang pekerjaan.
Beberapa
pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam
pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan bahwa konseling ini
benar-benar bersifat “directive”. Akan
tetapi, kemudian terdapat
perubahan-perubahan pendapat diantara mereka.
Asumsi
pokok yang mendasari teori konseling trait and factor adalah:
1. Karena
setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisasikan
secara unik dan karena kualitas yang
relatif stabil setelah remaja,
maka tes objektif dapat digunakan untuk mengindentifikasi karakteristik
tersebut.
2. Pola-pola
kepribadian dan minat berkorelasi dengan perilaku kerja tertentu.
3. Kurikulum
sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda dalam hal
ini dapat ditentukan.
4. Baik
siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswa untuk mengawali
penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5.
Setiap orang
memiliki kecakapan dan keinginan untuk mengindentifikasi secara kognitif
kemampuan sendiri.
C.
Asumsi Perilaku Sehat dan Perilaku Bermasalah
Asumsi
perilaku bermasalah atau malasuai adalam pendekatan trait and factor adalah
individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
sehingga individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara
optimal (Gudnanto.
2012).
Pribadi sehat menurut Fauzan (2004) adalah sebagai berikut:
·
Mampu berfikir rasional untuk
memecahkan masalah secara bijaksana
·
Memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya sendiri
·
Mampu mengembangkan segala potensi
secara penuh
·
Memiliki motivasi untuk
meningkatkan/ menyempurnakan diri
·
Dapat menyesuaikan diri di
masyarakat
Pribadi maladaptif menurut kategori Bordin (Fauzan,
2004:83) adalah.
·
Depcelence (ketergantungan)
·
Lach of information (kurang
informasi)
·
Self conflict (konflik diri)
·
Chose anxicty (cemas memilih)
Sedangkan menurut kategori Pepinsky adalah.
·
Lack of assurance (kurang percaya
diri)
·
Lack of skill (kurang keterampilan)
·
Depcelence (ketergantungan)
·
Lach of information (kurang
informasi)
·
Self conflict (konflik diri)
·
Chose anxicty (cemas memilih)
D. Tujuan
Konseling trait and factor bertujuan:
1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia;
2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami
dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri
dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir;
3. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan,
dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian; dan
4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam
penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah. (Sudrajat, 2013)
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan
Trait and Factor (Fauzan, 2004:91) yaitu.
1. Self-clarification (kejelasan diri)
2. Self-understanding (pemahaman diri)
3. Self-accelptance (penerimaan diri)
4. Self-direction (pengarahan diri)
5. Self-actualization (perwujudan diri)
E.
Fungsi dan Peran Konselor
Peranan yang
dilakukan oleh seorang konselor trait and
factor (Surya, 2003:5) adalah sebagai berikut.
1.
Konselor memberitahu kepada klien
tentang berbagai kemampuan yang diperoleh melalui penyelenggaraan testing
psikologis, angket dan alat ukur lainnya.
2.
Konselor memberitahukan tentang
bidang-bidang yang cocok sesuai dengan kemampuan serta karakteristiknya.
3.
Konselor secara aktif mempengaruhi
perkembangan klien.
4.
Konselor membantu klien mencari atau
menemukan sebab-sebab kesulitan atau gangguannya dengan diagnosis eksternal.
5.
Secara esensial peranan konselor
adalah seperti guru, dimana “memberi informasi” dan “mengarahkan secara
efektif”.
F.
Hubungan Konselor dan Klien
Situasi
hubungan dalam konseling trait and factor (Fauzan, 2004:88) adalah.
1.
Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih
mementingkan peranan berfikir rasional, tetapi tidak meninggalkan sama sekali
aspek emosional seseorang.
2.
Konseling berlangsung dalam situasi
hubungan yang bersifat pribadi, bersahabat, akrab, dan empatik
3.
Konseling yang berlangsung dapat
bersifat remediatif maupun developmental
4.
Setiap pihak (konselor-klien)
melakukan perannya secara proporsional.
G. Tahapan Konseling Trait and
Factor
Ada 6 (enam) tahap yang harus dilalui dalam konseling
pendekatan trait and factor , yaitu :
1. Analisis
Mengumpulkan data tentang diri
siswa, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan anekdot, catatan harian,
otobiografi dan tes psikologi.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan, dan menghubungkan data yang telah
terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat
menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam sistesis ini
bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum
data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua
dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.
3. Diagnosis
Menarik kesimpulan logis atas dasar
gambaran pribadi siswa yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis. Dalam
tahap ini terdapat kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a.
Identiffikasi masalah, berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan
klien.
b.
Etiologi, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan
eksternal. Dilakukan dengan cara mencari
hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
4. Prognosis
Menurut Williamson prognosis ini
bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien
berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien
untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam
masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa.
Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
a.
Hubungan konseling yang mengacu pada
belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
b.
Konseling jenis edukasi atau belajar
kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup
dan tujuan personalnya.
c.
Konseling dalam bentuk bantuan yang
dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan terampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik
dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Konseling yang mencakup bimbingan
dan teknik yang mempunyai pengaruh terapiutik atau kuratif.
e.
Konseling bentuk redukasi bagi
diperolehnya kataris secara terapiutik.
6. Follow Up
a.
Hal-hal yang perlu direncanakan dari
alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
b.
Tindak lanjut dari alternatif
yang telah dilaksanakan di lapangan.
H.
Teknik Konseling Trait and Factor
Dalam mengimplementasikan pemecahan masalah, Williamson
mengemukakan 5 macam stategi atau teknik utama (major technique), dalam (Fauzan, 2004:95) yaitu:
1.
Forcing Conformity (memaksa penyesuaian). Dipilih apabila lingkungan memang tidak dapat diubah.
Seperti: siswa harus mau mengikuti atau menerima pelajaran dari guru matematika
yang judes yang sebenarnya tidak disenangi siswa.
2.
Changing the environment (mengubah lingkungan), dipilih bila memang tidak memungkinkan, klien memiliki
kekuatan atau kemampuan melakukannya. Lingkungan ini mencakup apa dan siapa.
Contoh: ruang belajar yang semula menghadap jendela dan jalan raya dibalik
menjadi membelakangi, tidak dapat konsentrasi belajar karena tiap belajar ada
anak ramai diluar, maka anak-anak itu disuruh pindah atau diusir.
3.
Selecting the appropriate environment (memilih lingkungan
yang cocok). Contoh: ada
beberapa tempat belajat yang dapat dimanfaatkan yaitu, di perpustakaan, di
rumah sendiri, dan di rumah teman.
4.
Learning neded skills (belajar keterampilan-keterampilan
yang diperlukan). Contoh: belajar
keterampilan bergaul, membuat paper, dan sebagainya.
5.
Changing attitute (mengubah sikap), sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam
menanggapi sesuatu, dan arahnya juga pada siapa dan pada apa. Beberapa sikap
diri perlu diubah kalau memang tidak menguntungkan, misalnya sikap segan untuk
bertanya.
Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan
ini :
1.
Attending
Attending
adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam proses konseling meliputi
: kontak mata, kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh. Tujuan
menggunakan teknik ini adalah.
a. Menunjukkan
pada konseli bahwa proses konseling konselor memperhatikan sepenuhnya kepada
konseli.
b. Mengkomunikasikan
penerimaan konselor terhadap konseli.
c. Mengajak
dan mengembangkan keterlibatan konseli secara personal dalam melaksanakan sesi
konseling.
d. Menangkap
secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan konseling baik dalam bentuk
verbal maupun non verbal.
2.
Opening
Opening
adalah membuka kegiatan wawancara. Tujuan Pembukaan wawancara konseling untuk :
a. Menciptakan
rasa aman konseling selama mengikuti sesi konseling.
b. Mengurangi
kecemasan dalam proses konseling.
c. Menciptakan
kondisi fasilitas dalam konseling.
3.
Acceptence
Acceptence
adalah penerimaan terhadap klien. Tujuan teknik penerimaan untuk :
a. Mengkomunikasikan
sikap dasar konselor terutama ketika membentuk suasana akrab.
b. Disadarinya
oleh konseling bahwa konselor benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya.
c. Terbentuknya
suasana emosional klien.
4.
Restatement
dan Pharaprasing.
Restatement
adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan konseling yang
dianggap penting. Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat
konseli secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna. Tujuan :
a. Diketahui
oleh klien, bahwa konselor mendengarkan yang dikatakannya.
b. Diperolehnya
informasi penting.
c. Terujinya
data yang diverbalissasikan klien.
5.
Reflection
of Feeling
Reflection
of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk
pernyataan/sikap yang terkandung di balik pernyataan klien.
Tujuannya
adalah :
a. Dirasakannya
oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
b. Terdorongnya
konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya terhadap situasi tertentu.
6.
Clarification
Clarification
adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata
baru dan segar. Tujuannya :
a.
Mengungkap isi
pesan utama yang disampaiakn klien.
b.
Memperjelas isi
pesan yang diungkapkan klien.
7.
Structuring
Struckturing
adalah penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
Tujuannya :
Tujuannya :
a.
Diperolehnya
kesamaan harapan konselor dan klien.
b.
Diperolehnya
kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat dalam metode dan tujuan
konseling.
8.
Summary
Meringkas
adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.
Tujuannya :
Tujuannya :
a. Memadukan
unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.
b. Mengidentifikasi
pola isi pembicaraan konseli.
c. Menghindari
pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
d. Merangkum
kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling
I.
Kelebihan Konseling Trait and Factor
Adapun kelebihan yang diberikan teori ini adalah:
1. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada
konseling
2. Penekanan
pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data
lingkungan.
3. Penekanan
yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap
masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk
mengatasinya.
4. Penekanan
pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekankan afektif atau emosional.
J.
Kelemahan Konseling Trait and Factor
Adapun kelemahan konseling
trait and factor, sebagai berikut:
1.
Kurang diindahkan adanya
pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya (cultural
values), nilai-nalai kehudupan (personal values), dan cita-cita hidup, terhadap
perkembangan jabatan anak dan remaja (vocational development) serta pilihan
program/bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice).
2.
Kurang diperhatikan peran
keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara
mengungkapkan harapan, dambaan dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambil
menunjuk pada tradisi keluarga; tuntutan mengingat ekonomi keluarga; serta
keterbatasan yang konkrit dalam kemampuan finansial, dan sebagainya.
3.
Kurang diperhitungkannya
perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas atau
membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
4.
Kurang disadari bahwa
konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang
pekerjaan atau program studi dapat berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
5.
Pola ciri-ciri kepribadian
tertentu pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang,
karena orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses di
bidang pekerjaan yang sama.
K.
Ilustrasi Masalah
Dinda adalah siswa kelas XII IPA. Dia adalah siswa yang
pandai di sekolahnya. Dinda merupakan salah satu siswa yang terpilih mengkuti jalur
undangan untuk memasuki perguruan tinggi negeri. Pada saat pemilihan jurusan
Dinda merasa bingung dengan pilihan jurusan yang ingin dimasuki, karena ia
masih punya banyak keinginan. Ia ingin masuk jurusan kedokteran, teknik
geodesi, dan kimia analis. Sampai saat ini ia masih belum menentukan pilihannya
karena ia juga belum mengetahui secara pasti bakat dan minatnya. Akhirnya Dinda
berinisiatif untuk datang ke guru BK di sekolahnya. Setelah Dinda menceritakan
apa yang dialami, yaitu kebingungan memilih jurusan di perguruan tinggi,
konselor memperlihatkan hasil psikotes Dinda saat kelas X. Konselor menjelaskan
hasil psikotes tersebut. Tujuannya adalah agar Dinda lebih memahami bakat,
minat, dan tingkat intelegensinya. Hasil psikotes tersebut bisa dijadikan salah
satu pertimbangan dalam menentukan jurusan apa yang akan Dinda ambil. Setelah
mendapat penjelasan dari konselor, Dinda mulai memiliki pilihan yang pasti
dalam studi lanjutnya, yaitu jurusan kimia analis. Hal tersebut dikarenakan
hasil psikotes menunjukkan bahwa daya ingatnya kuat, kemampuan anlisisnya kuat,
tetapi kemampuan komunikasinya dan hubungan interpersonalnya rendah. Selain
itu, Dinda juga menyukai pelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,
Gerald. 1999. Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan
Konseling Individual. Malang : Elang Mas
Latipun.
2001. Psikologi Konseling. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press
Maimunah, Abu. 2012. Pendekatan dalam
Konseling. (Online), (http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/pendekatan-dalam-konseling1.pdf, diunduh pada Selasa, 11 November 2014 pukul 18.56).
Sudrajat, Akhmad. 2013. Konselng Trait
and Factor. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/01/28/konseling-trait-and-factor/, diunduh pada Rabu, 12 November 2014 pukul 19.30).
Waskita. 2012. Trait and Factor.
(Online), (http://enamkonselor.files.wordpress.com/2012/05/traitnfactor.pdf, diunduh pada Selasa, 11 November 2014 pukul 18.59).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar