Minggu, 29 Maret 2015

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIORAL THERAPY (REBT)


RATIONAL EMOTIVE BEHAVIORAL THERAPY (REBT)

A.    SEJARAH
Alber Elis adalah peletak dasar konseling rasional emotif behavior atau lebih tepatny disebut rational emotive behavioral therapy (REBT) adalah klinis yang memulai mengembangkan teorinya sejak 1955. Dia menyusun REBT berdasarkan hasil pengamatannya bahwa banyak anak yang tidak mencapai kemajuan karena dia tidak memiliki pemahaman yang tepat dalam hubungana dengan peristiwa-peristiwa yang di alami. Secara filosofis, Elis mengaku dipengaruhi oleh ahli-ahli filasafat terdahulu yang dipelajari. Filsuf yang sangat berpengaruh diantar Epictetus, yang beranggapan bahwa “what disturb people’s mind is not event but their judgment on event”, yaitu manusia itu diganggu bukan oleh “sesuatu” tetapi oleh pandangannya yang mereka dapatkan dari sesuatu itu. Dikalangan penganut budha dan Tao ada anggapan bahwa emosi manusia mula-mula dari pikiran manusia dan untuk mengubah emosi itu, orang harus mengubah pikirannya (Gilliland dalam Latipun(2011:72). Gagasan-gagasan ni selanjutnya oleh Elis dirumuskan dalam konsep psikoteapi.
REBT memiliki berbagai nama, yaitu: Rational Therapy, Rational Emotive Therapy, Sematic Therapy, Kognitive Behavior Therapy, da Rational Behavior Traning. REBT ini dalam teori-teori konseling dan psikoterpi dikelompokan sebagai terapi kognitif behavior.  Elis berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komperhansif, yang menanganai masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Dia termasuk ahli terapi yang bersebarangan dengan penganut humanistik.

B.     HAKIKAT MANUSIA
Landasan filososfis Rational Emotive Behavior Therapy tentang manusai tergambar dalam quotation dari Epictetus yang dikutip oleh  Ellis: “Men are disturbed not by thing, but by the view which they take of them (Manusia terganggu bukan karena sesuatu, tetapi karena pandangan terhadap sesuatu). (Komaasari, 2011)
Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. REBT (rational emotion behavior therapy) beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku memengaruhi pikiran dan perasaan. dalam memandang hakikat manusia REBT memilki sejumlah asumsi entang kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran da perasaan itu ( Ellis, 1994). asumsi tentng hakikat manusi tentang REBT adalah sebagai berikut:
1.      pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan utuk berpikir rasional dan irasional. ketika berpikir dan berperilaku rasional dia fektif, bahagia dan kompeten. keika berpikir dan berperilaku irasional dia tidak efektif.
2.      reaksi “emosional” seseoang sebagian besar disebabkan oleh evaluai, interpretasi dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari oeh individu.
3.      hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. emo menyertaai individu ang berpikir dengan penuh prasangka, sanga personal dan irasional.
4.      berpikir irasional diawali dengan belajar secara tdak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan. alam proses pertumbuhannya, akan terus berpikir dan merasakan dengan asti dengan dirinya dan tentang yang lain. “ini adalah baik “ dan yang “ itu adalah jelek”. pandangan ini terus membentuk cara panjangnya selanjutnya.
5.      berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. verbalsasi yang tidak logis menunjukan cara berpikir yang salah dan erblisasi yang tepat menunjukan cara berpikirnya yang tepat. dalam kaitanya denga hal ini tujuan konseling adalah mennjukan keada klien hwa verbalisasi diri teah menjadi sumber hambatan emosional, membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah idak logis dan irrasional, membenarkan atau meluruskan caraa berfikir dengan verbalsasi diri yang logis dan efisien dan tidak berhubungan dengan emoi egatif dan perilaku penolakan diri (self defeating).
6.      peasaan dan berpikir negatif an penolakan diri harus dilawan denga cara berpikir yang rasional dan logis ang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggnaan cara verbalisasi yang rasioanal

Elis mengidentifikasikan sebelas kenyakinan sebelas kenyakinan irasional individu yang dapat mengakibatkan masalah, yaitu:
1.      Dicintai dan disetujui oleh orang lain
2.      Untuk menjadi orang yang berharga
3.      Hal yang sangat buruk dan menyebalkan
4.      Ketidakbahagian merupakan hasil dari persitiwa ekternal yang tidak dapat dikontrol oleh diri sendiri.
5.      Sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu diingat dalam pikiran.
6.      Lari dari kesulitan dan tanggung jawab lebih mudah daripada mengadapinya
7.      Seseorang harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus memili orang yang kuat yang dapat menjadi tempat bersandar
8.      Masa lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak dapat diubah
9.      Individu bertanggung jawab atas masalah orang lain
10.  Selalu ada jawaban yang benar atas setiap masalah. (Gladding, 1992)

C.    KONSEP DASAR
1.      Asumsi Dasar
Teori ini didasarkan pada asumsi kalau manusia memiliki kapasitas untuk bertindak dengan cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irasional dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan. Elis (1993) mengatakan beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasikan pada beberapa postulat, antara lain:
a.       Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
b.      Gangguan emosional disebabakan oleh factor biologi dan lingkungan
c.       Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya.
d.      Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitif, emosiona dan tingkah laku.
e.       Ketika hal yang tidaak menyengkan terjadi, individu cenderung menciptakan kenyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut.
f.       Kenyakinan irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian.
g.      Sebagaian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan  mempertahankan ganguan emosional.
h.      Ketika individu bertingkah laku menyakiti diri sendiri.
            Ellis menganggap banyak jenis problem emosi yang diakibatkan oleh irasional dalam pola pikirnya. Pola irasional inibisa dimulai sejak usia dini dan diperkuat oleh pribadi-pribadi signifikan dalam hidup seorang individu, selain juga oleh budaya dan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Menurut Ellis, individu dengan problem emosinya mengembangkan sistem keyakinan yang mengarah pada verbalisasi implisit atau percakapan sendiri yang umumnya mengandung logika dan asumsi yang keliru. Pemikiran inilah yang nantinya akan dilihat dalam tindakannya.
                        Corsini dan Wedding, dalam Gibson (2011: 220-221) mengungkan proposisi utama REBT sebagai berikut.
a.       Setiap individu lahir dengan potensi menjadi rasional, tetapi bisa juga irasional.
b.      Kecenderungan individu untuk berpikir irasional dan tidak toleran.
c.       Manusia memahami, berpikir, merasa dan bersikap dalam suatu kesatuan yang tak terpisahkan.
d.      Prosedur-prosedur dalam psikoterapi tidak selalu efektif dan efisien.
e.       REBT tidak mempercayai hubungan hangat klien dan konselor.
f.       REBT menggunakan permainan peran, latihan penegasan, disensitisasi, dan seluruh teknik apapun yang bisa membantu klien.
g.      REBT yakin sebagian besar problem neurotik melibatkan pikiran yang tidak realistik, tidak logis, dan merusak diri, sehingga ketika diinterfensi dengan pola pikir logis maka pola berpikir irasional bisa diminimalkan.
Menurut Nelson dan Jones 1995 pendekatan REBT memiliki tiga hipotensis fundamental yang menjadi landasan berfikir dari teori ini, yaitu:
a.       Pikiran dan emosi saling berkaitan,
b.      Perfikir dan emosi saling memperngaruhi satu sama lain, keduanya berkerja seperti lingkaran yang memiliki hubungan sebab dan akibat, dan pada poin tertentu, pikiran dan emosi menjadi hal yang sama.
c.       Pikiran dan emosi cenderung berperran dalam self-talk . Sehingga pertanyaan internal individu sangat berarti dalam mengasilkan dan memodifikasikan emosi individu.
Menurut Ellis, terdapat enam prinsip teori REBT, antara lain:
a.       Pikiran adalah penentu proksimal yang paling oenting terhadap emosi individu.
b.      Disfungsi berfikiran adalah penentu stress emosi
c.       Cara terbaik untuk mengatasi stress adalah dengan megubah cara berfikir
d.      Percaya atas berbagai factor yang mempengaruhi genetic dan lingkungan yang menjadikan penyebab pikiran yang irasional
e.       Menekankan pad amasa sekarang dari pada pengaruh masa lalu
f.       Perubahan tidak terjadi dengan mudah.



2.      Proses Berfikir
       Menurut pandangan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy, indiidu memiliki tiga tingkatan befikir, yaitu befikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti (inferences), mengadakan penilaian terhadap fakta dan bukti (evaluation), dan kenyakinan terhadap proses inferences dan evaluasi (core belief)(Froggatt, 2005).
Elis berpendapat bahwa sumber dari REBT adalah irrational belief yang dapat dikatagorikan menjadi 4 yaitu:
a.       Demands (tuntutan) adalah tuntutan atau ekspentaksi yang tidak realities dan absolute terhadap kejadian atau individu yang dapat dikenal dengan kata-kata seperti harus, sebaiknya, dan lebih baik.
b.      Awfulising adalah cara mebalik-balikan konsekuensi negative dari suatu situasi samapai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak menguntungkan menjadi kejadian yang menyakitkan.
c.       Low fustation tolerance (LFT) adalah kelanjutan dari tuntutan untuk selalu berada dalam kondisi nyaman dan merefleksikan ketidaktoleransian terhadap ketidaknyamanan.
d.      Global evaluations of human worth, yaitu menilai keberhagaan diri senidri dan orang lain. (Wallet, 1992)
Selanjutnya Ellis membagi pikiran individu menjadi tiga tingkatan yaitu: dingin, hangat dan panas.
3.      Rasionalitas sebagai Filosofi Personal (Rationality as a Personal Philosopy)
         Individu memiliki personal aturan-aturan atau filosofi hidup yang dipengaruhi oleh pola suh, ajaran agama, prinsip hidup atau opini yang dipegang teguh secara umum. REBT membnatu individu untuk mengembnagkan filosofi hidup yang baru yang dapat mengurangi stress dan meningkatkan kebahagian. Konselor membantu konseli untuk selalu ingat bahwa semua orang adalah bisa salah dan terpeleset, mengurangi tuntutan untuk menjadi perfeksionis, mengembnagkan penerimaan diri dan penerimaan terhadap orang lain yang positif. Perubahan ini dilandasi oleh pikiran yang logis dan ilmiah yang menghasilkan perubahan yang mendalam pad filosofi hidup dan sikap individu (Walen, 1992)

4.      Teori ABC
Teori ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang pendekatan REBT, kemudian ditambah D dan E untuk mengakomondasikan perubahan dan hasil yang diinginkan dari perubahan tertentu. Selanjutnya, ditambahkan G yang diletakan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadaian individu:
G:
(goal) atau tujuan-tujuan, yaitu tujuan fundamental
A:
(activating event in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan individu
B:
(beliefs) atau kenyakinan baik irasional maupun irasional
C:
(consequences) atau konsekunsi baik emosional maupun tingkah laku
D:
(disputing irasional belief) atau melakukan dispute  filosifi hidup efektif
E:
(Effective new philopsopy on life) adalah mengembangkan filosofi hidup yang efektif
F:
(futher action/ new feeling) atau aksi yang dilakukan lebih lanjut dan perasan baru yang berkembang.
(Nelson-Jones. 1995)
                     Pendekatan REBT berpendapat bahwa individu mengalahkan atau menggadirinya dengan dua cara yaitu memegang teguh kenyakinan irasional tentang self/ diri yang disebut dengan ego disturbance dan dengan memegang teguh kenyakinan irasiona tentang emosi dan kenyamanan fisik, hal ini disebut dengan discomfort disturbance (Forggatt, 2005). Ego disturbance merepresntastikan kecemasan dan kemarahan terhadap diri (Self- image) seperti “saya harus…..”, melakukan yang terbaik/ tidak boleh gagal. Sedangkan discomfort disturbance dihasilkan dari tuntutan atas orang lain seperti :”orang lain harus memperlakukan saya dengan baik, atau tuntutan atas lingkungan sekitar seperti situasi dimana saya tinggal harus seperti yang saya harapkan. Discomfort disturbance terdiri atas 2 tipe yaitu:
a.       Low frustration- tolerance (LFT)
Hal ini dihasilkan dari tuntutan terhadap lingkungan yang tidak terpenuhi, diikuti ikeh kejadian buruk.
b.      Low discomfort- tolerance (LDT)
Hal ini timbul dari tuntutan individu bahwa ia tidak boleh meiliki pengalaman yang tidak nyaman secara emosi dan fisik.
D.    TUJUAN KONSELING REBT
Dalam konteks teori kepribadian, tujuan konsling merupakan efek (E) yang diharapkan terjadi setelah dilkukan intervensi oleh konselor (desputing/D). Karena itu teori REBT tentang kepribadian dalam formula A-B-C dilengkapi oleh Elis sebagai teori konsseling yaitu A-B-C-D-E (Antecedent event, belief, emotional consequenceal, desputing, effect). efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling.
Beranngkat dari pandangannya tentang hakikat manusia, tujuan konseling menurut Elis pada dasarnya membentuk pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara-cara berfikir yang irasional. Dalam pandangan Elis, cara berfikir yang irasional itulah yang menjadi individu mengalami gangguan emosional dan karena itu cara-cara berfikirnya itu atau iB harus diubah menjadi yang lebih tepat yaitu cara berfikir yang rasional.
Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tenang sistem keyakinan atau caa berfikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT (Latipun, 2008:123) :
1.      Pemahaman insight dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagia besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.
2.      Pemahaman terjadi ketka konselor/ terpis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena keyakinan yang irasional tentu dipelajari dan diperoleh sebelumnya.
3.      Pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emotional kecuali dengan mendeteksi dan “melawan” keyakian yang irasonal (iB).

E.     FUNGSI DAN PERAN KONSELOR KONSELING REBT
Konselor REBT diharapkan dapat memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien atau yang disebutnya sebagai unconditional self-acceptance (USA) yaitu penerimaan diri tanpa syarat, bukan dengan syarat(consditioning regard), karena filosofi REBT berpegang bahwa tidak ada manusia yang terkutuk untuk banyak hal(Ellis, 1994, 1997).
penggunaan USA dalam konseling, menurut Ellis akan membantu klien untuk menerima dirinya secara penuh, dan akhirnya akan meningkatkan high frustration tolerance(HFT). Orang yang selalu melakukan penilaian terhadap dirinya (self-rating) akan menimbulkan masalah yang besar bagi dirinya.
Menurut REBT peran konselor adalah sebagai berikut:
1.      Konselor lebih edukatif-direktif kepada klien yaitu dengan banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal.
2.      mengkonfrontasikan masalah kien secara langsung.
3.      menggunakan pendekatan yang dapat meberi semangat dan memperbaiki cara erfikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri.
4.      dengan gigih dan berulang-ulang dalam menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emotional pada klien.
5.      menyerukan klien menggunakan kemampuan rasional(rational power) dari pada emosinya.
6.      menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis
7.      menggunakan humor dan “menggojlok” sebagai jalan mengkonfrontasikan berfikir secara irrasional.

F.     HUBUNGAN KONSELOR DAN KLIEN KONSELING REBT
Kerena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif, sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak diperlukan. Seperti halnya terapi person centered Rogers, praktisi REBT menerima tanpa syarat semua klien den juga mengajarkan mereja untukm menerima oranglain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.
Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan pemahaman dapat menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan persetujuan dari terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku,. Ellis membangun hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka melakukan hal ini.
Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu adalah penting untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas.

G.    TEKNIK-TEKNIK KONSELING REBT
Dalam proses konseling, konselor mengidentifikasi pikiran-pikiran irasional konseli. Terdapat tujuh factor yang dapat digunakanuntuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:


1.      Generalisasi yang berlebihan ( overgeneralization)
Seperti misalnya : “ saya mendapat  nilai 50 pada mata pelajaran matematika, maka saya memang tidak bisa matematika”.
2.      Distorsi (distortion)
Terkadang menngacu pada pikiran yang beranggapan tentang keselluruhan atau tidak sama sekali, semua baik atau semua buruk, seperti : “ saya tidak mendapatkan nilai A pada semua mata kuliah, lihat saja KRS saya, saya memang bukan mahasiswa yang baik”.
3.      Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion), yaitu tendensi untuk berfokus pada kejadian negative dan menghapuskan kejadian positif, seperti :”Saya kalah dua kali dan menang satu kali, pada permainan berikutnya, saya pasti kalah”.
4.      Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedy, atau bencana (catastrophising) yaitu kesalahan yang dilebih-lebihkan dan keberhasilan yang dikecilkan, seperti: “Saya cuma beruntung dapat nilai A”
5.      Lihat pada penggunaan kata-kata absolut seperti harus, selalu, tidak boleh, tidak pernah. “Saya tidak boleh berbuat kesalahan”.
6.      Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli pikir mereka tidak dapat memahaminya, seperti: “Dia seharsunya dihukum dan tidak diperbolehkan bebas begitu saja”
7.      Lihat pada ramalan (fortune telling) atau predikisi masa depan, seperti: “Saya tahu bahwa temans saya tidak akan senang pada pesta saya” (Thompson, 2004 dalam Komalasari 2011)

Mengubah pikiran adalah treatmen utama Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), hal ini terjadi pada dispute. Dispute adalah mendebatkan atau menentang kenyakinana yang irasional yang dapat berupa pikiran, imajinasi, dan tingkah laku (Walen, 1992 dalam Komalasari, 2011). Dispute terdiri dari dua tahap yaitu:
1.      Menelaah dan menentang pikiran irasional yang sekarang diyakini konseli
2.      Mengembangkan mode berfikir baru yang lebih fungsional
Teknik Koneseli dengan pendekatan Reational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok yaitu: teknik kognitif, teknik imageri, teknik behavioral atau tingkah laku.
1.      Teknik Kognitif
a.       Dispute Kognitif/ Cognitive disputation)
Adalah usaha untuk mengubah kenyakinan irasional konseling melalui philosophical persuation, didactic presentation, Socratic dialogue, vicarious experiences dan berbagi ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan cognitive disputation adalah dengan bertanya.
1)      Pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan dispute logis:
Apakah itu logis? Apa itu benar? Mengapa tidak? Mengapa begitu? dll
2)      Pertanyaan untuk reality testing
Apa buktinya, Apakah yang akan terjadi kalau…?Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat menakutkan/menyakitkan?
3)      Pertanyaan untuk pragmatic disputation 
Selama kamu menyakini hal tersebut,akan bagaimana perasaanmu kamu? Apakah ini berharga untuk dipertahankan?
b.      Analisi Rantional (Rational Analysis)
Teknik untuk mengajarkan bagaimana membuka dan mendakati kenyakinan irasional.
c.       Dispute Standard Ganda ( Double Standard Dispute)
Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.
d.      Skala katastropi (Catasthophe Scale)
Membuat proposi tentang peristiwa yang menyakini. Misalnya: dari 100% buatlah prosentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi prosentasenya sampai yang paling rendah.
e.       Devil advocate atau rational role reversal
Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki kenyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan kenyakinan irasional konselor dan kenyakinan rasioanl yang diverbalisasikan.
f.       Membuat frame ulang (reframing)
Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berfikir konseil.
2.      Teknik Imageri
a.       Disapute imajinasi (imaginal disputation)
Strategi imaginal disputation melibatkan penggunanan imageri. Setelah melakukan disapute secara verbal, konselor meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah. 
b.      Kartu control emaotional (the emaotional control card –ECC)
Adalah alat yang dapat membantu konseli menguatkan dan memperluas praktik REBT. ECC digunakan untuk memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik diri, kecemasan,dan depersi. ECC berisi 2 katagori perasaan yang pararel, yaitu (1) perasaan yang tidak seharsunya atau merusak diri dan, (2) perasaan yang sesuai dan tidak merusak diri.
c.       Proyeksi waktu (time projection)
Meminta konseli untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi, setelah itu membayangkan seminggu kemudian, sebulan kemudian, enam bulan kemudian, setahun kemudian, dan seterusnya. Konseli dapat melihat bahwa hidup berjalan terus dan membutuhkan penyesuaian.

d.      Teknik melebih-lebihkan (the “blow-up”technique)
Adalah varaiasi dari teknik “worst cast imagery”. Meminta konseli membanyangkan kejadian yang menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian ,melebih-lebihkannya sampai taraf yang paling tinggi. Hal ini bertujuan agar konseli dapat mengontrol ketakutannya.
3.      Teknik Behavioral
a.       Dispute tingkah laku (behavioral disputation)
Behavioral dispute atau risk taking, yaitu memberi kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabakan berfikiran irasional dan melawan kenyakinannya tersebut.
b.      Bermain peran (role playing)
Dengan bantuan konselor konseli melakukan role play tingkah laku baru yang seusai dengan kenyakinan yang irasional.
c.       Peran Rasional terbaik (Rational role reversal)
Yaitu meminta konseli untuk memanikan peran yang memiliki kenyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional.
d.      Pengalaman langsung (exposure)
Konseli secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini dilakukan melalui perencanaan dan penerapan keterampilan mengatasi masalah yang telah dipelajari sebelumnya.
e.       Menyerang rasa malu (shame attacking)
Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku yang memalukan denga memandang ketidaksetujuan lingkungan sekitar.
f.       Pekerjaan rumah (homework assignments)
Terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dalam homework assignments yaitu membaca, mendengarkan, menulis, mengimajinasikan, berfikir,relaksasi, dan distruction, serta aktivitas.

H.    Tahapan Konseling
Dari pertemuan awal sebaiknya terapis menunjukkan kepada klien bahwa REBT merupakan terapi aktif-direktif terstruktur yag memfokuskan pada klien bukan hanya untuk merasa lebih baik, tapi dengan mengubah pemikiran dan perilaku. Para terapis REBT biasanya menghendaki klien untuk mengisi formulir biografi dasar dan juga mengumpulkan informasi tentang presentating problem-nya. Menjelang akhir fase awal REBT, terapis dan klien seharusnya memiliki pemahaman tentang masalah emosional dan masalah perilaku utama klien dan telah mulai memprioritaskannya untuk memberikan struktur bagi pekerjaan bersama mereka kelak.
Fase pertengahan REBT, terapis cenderung memfokuskan agar klien lebih memperkuat keyakinan rsionalnya dari pada keyakinan irasionalnya. Fase REBT ini mempunyai dua agenda utama yaitu membantu klien mengatasi masalah emosional dan perilaku khususnya dan mengajarkan ketrampilan mengidentifikasi dan mengatasi masalah pada umumnya.
Selama fase akhir, terapis dapat bekerja bersama-sama klien untuk mengantisipasi berbagai masalah dan kesulitan dan mengartilkulaskan bagaimana mereka bisa menggunaka ketrampilan REBT untuk mengatasi masalah tersebut. Kebanyakan terapis REBT menjadwalkan sesi-sesi tindak lanjut untuk memonitor kemajuan klien.
Sejak awal klien sebaiknya diajari bahwa mereka hanya dapat mengubah dan mempertahkan perubahan dengan kerja dan praktik. Selama terapi tugas dan PR digunakan untuk membantu klien membangun ketrampilan di luar setelah terapi.  Terapis kebanyakan menemui kliennya dalam sesi individual/mingguan. Sesi-sesi terapi Ellis sendiri sering kali berlangsung selama 30 menit. Klien biasanya mempunyai 5 sampai 50 sesi. Terapi pendek dengan 1 sampai 10 kali hanya untuk klien yag siap tinggal dalam terapi jangka pendek (Ellis,1996).
REBT dapat digunakan pada kebanyakan klien, mulai dari mereka yang mempunyai gangguan ringan sampai kenakalan remaja, gangguan kepribadian ambang, psikotik jika masih memiliki kontak dengan relitas dan individu-individu dengan tingkat difensi mental yang lebih tinggi. Namun sebenarnya REBT lebih efektif dengan klien yang memiliki gangguan ringan dan untuk mereka yang memiliki satu gejala utama, misalnyainadekuasi seksual.

I.       ILUSTRASI MASALAH
Seorang siswa menerima surat dari seorang siswi yang dianggap sebagai pacar sekaligus cinta pertamanya. Surat itu berisikan hubungan kita sampai disini saja.
Siswa itu menginterpetasikan kejadian ini sebagai malapetaka besar dan berkata pada dirinya sendiri “Aku seharusnya mendapat kisah cinta yang indah, Kamu seharunya tidak mengakhiri hubungan ini. Ini musibah yang sangat besar bagiku. Rasanya harga diriku terinjak-injak. Usahaku gagal total, aku adalah pecundang dan pemuda brengsek jadi tak ada artinya aku hidup” Pikiran-pikiran semacam ini bercorak irasional dan tidak masuk akal.
Sebagai akibat pikiran-pikiran irasional diatas, siswa tersebut merasa putus asa dan tidak semangat untuk hidup. Reaksi emosional itu menyebabkan ia sulit tidur, malas makan dan suka marah-marah. Lalu siswa itu tidak masuk sekolah selama 1 minggu karena sakit.
Konselor memanggil siswa itu setelah masuk sekolah, singkat cerita setelah mencurahkan segala masalah yang dihadapi oleh siswa. Konselor menjelaskan bahwa segala keputusasan yang dialami oleh dia adalah akibat dari cara mengahadapai kejadian surat penolakan dengan pikiran yang irasional, dan dengan cara tidak berangkat sekolah bukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Konselor mulai melakukan dispute kognitif berupa usaha-usaha merubah kenyakinan irasional dengan cara menanyakan hal logis dan rality dalam masalahnya. Seperti: “ Siapa bilang kamu seharausnya tidak ditolak? Apakah surat itu bermakna membuatmu jatuh dalam lembah kenistaan? Apakah pemuda yang tidak dapat mempertahankan hubungannya disebut pecundang dan brengsek? Dan sebagainya. Konselor juga menjelaskan bahwa dia dapat mengmabil pelajaran dari masalah ini misalnya “ Lain kali jangan terlalu menaruh harapan serba cepat. Kegagalan dalam cinta akan membuat orang lebih matang dalam hubungan selanjutnya”, dan sebagainya.
Konseli berubah dalam menanggapi masalah  dan cara menginterpetasikan masalahnya serta dapat memunculkan reaksi emosional secara lebih rasional.
J.      EVALUASI TEORI KONSELING REBT
Menurut Aristya Ananda, 2013 menyebutkan kelebihan dan kelemahan konseling REBT yaitu:
1.      Kelebihan REBT
a.       Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
b.      Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
c.       Klien merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
2.      Kelemahan REBT
a.       Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
b.      Ada sebagian klien yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
c.       Ada juga sebagian klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.
Sedangkan menurut nilazaima, 2014 mengemukakan kelemahan dan kelebihan REBT sebagai berikut
1.      Kelemahan
a.       Penggunaan efektif terhadap intervensi terapi perilaku kognitif memerlukan studi ekstensif, pelatihan, dan praktek
b.      Eksplorasi masa lalu tidak efektif dalam membantu klien mengubah pemikiran yang salah dan perilaku.
c.       Karena sifat aktif dan direktif dari pendekatan ini, terkadang terdapat penyalahgunaan kekuasaan terapis dengan memaksakan ide-ide tentang apa yang merupakan pemikiran rasional
d.      REBT adalah terapi yang kuat dan konfrontatif, terkadang klien akan mengalami kesulitan dengan gaya konfrontatif tersebut.
2.      Kelebihan
a.       Kerangka A-B-C sederhana dan jelas menggambarkan bagaimana terjadinya gangguan pada manusia dan cara-cara di mana perilaku bermasalah dapat diubah.
b.      Menempatkan penekanan pada wawasan/insight baru diperoleh ke dalam tindakan.
c.       Fokus pada pengajaran cara klien untuk melanjutkan terapi mereka sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
d.      Penekanannya pada praktik terapi yang komprehensif dan integratif.
e.       Teknik kognitif, emotif, dan perilaku Banyak dapat digunakan dalam perubahan emosi dan perilaku seseorang dengan mengubah struktur kognisi seseorang.







DAFTAR PUSTAKA

Latipun. 2011. Psikologi konseling. Malang:UMM Press
Komalasari, Gantina. dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta Barat: PT Indeks.
Winkel & Sr Hastuti.2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Ananda, Aristya. 2013. Terapi Perilaku Emotive Rasional. http://anandaaristya.wordpress.com/2013/04/15/terapi-perilaku-emotif-rasional/ . diunduh tanggal 25 Sepetember 2014. Pukul 11.45 WIB

Nilazaima. 2014. Pendekatan Perilaku Emotive Rasional. http://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/pendekatan-rebt/. diunduh tanggal 25 Sepetember 2014. Pukul 11.45 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Catatan dari Bu Ina (31/10/2014)
Dikatakan bermasalah jika:
1.      Memiliki pemikiran irasional
2.      Manusia memiliki cenderung kuat ketika dogma keharusan / baiknya
3.      Cenderung menyalahkan orang lain

3 hal yang menyebabkan berpikir irasional
1.      Anak tidak berpikir secara jelas tentang yg ada saa ini dan yang akan datang. Antara kenyataan dan imajinasi bingung.
2.      Anak tergatung pada perencanaan dan pemikiran orang lain (keluarga, teman dekat)
3.      Orang tua dan masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional dan siajarkan kepada anaknya.
Tahap-tahap REBT
1.      Membina hubungan baik
Opening, attending, topik netral, dll
2.      Eksplorasi problem
3.      Konselor mmengajarkan abc
4.      Menentang sistem irasional konseli dengan menggunakan pikiran rasional dan logis (dispute)
5.      Konselor bersama konseli membuat cara pandang yg baru atas masalah yg dialami
6.      Evaluasi dan terminasi
kerangka A-B-C
A.    Keberangkatan suatu fakta peristiwa tingkah laku/sikap seseorng
B.     Keyakinan mengenai pengalaman tersebut
C.     Konsekuensi/reaksi emosional seseorang yang disebabkan karena pikirannya (bisa layak/tidaklayak)
D.    Penerapan metode intervensi= memperjuangkan
Belief
-       Rational beliefs (Br): sehat produktif adaptif konsisten dengan realitas sosial dan pada umumnya terdiri atas preferensi, hasrat dan keinginan
-       Irasional beliefs: kaku, dogmatis, tidak sehat, maladaptif, sebagian besar menghalangi orang untuk mencapai
Disputing Intervention (D):
Tiga komponen proses digunakan untuk menentang irasional
-          Diskusi
-          Berdebat
-          Diskriminatif
Yang membantu
-          Functional disputes
Menunjukkan kpd koli bahwa keyakinannya tidak benar
Ex: apakah hal itu membantu anda?
-          Empirical disputes
Mengevaluasi komponen2 faktual
Ex mana bukti bahwa anda harus berhasil dalam melaksanakan tugas?
-          Logical disputes
Menunjukkan lompatan tidak logis yg dibuat koli
Ex bgmn logikanya bahwa hanya karna anda ingin hal itu bnr adanya dan dgn bgtu pasti akan sangat menyenangkan maka memang itulah yg seharusnya trjd?
-          Philosophucal disputes
Menangani makna dan kepuasan dlm berbagai kehidupan
Ex terlepas dari kenyataan bahwa dibidang ini, keadaan kadang2 / sering kali tdk berjalan sprt yg anda inginkan, apakah dgn putus tidak akan ada yg menyayangi anda?


Tujuan utama
-          Membantu klien dalam proses mencapai diri tanpa syarat.

Tujuan khusus
-          Membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dgn lebih rasional dan lebih produktif
-          Membantu individu untuk mengubah kebiasaan berpikir dan Tlyg bermasalah
-          Membantu bla bla bla
Peran dan fungsi konselor:
-          Menunjukkan verbalisasi irasional
-          Mengajarkan cara pandang yg lain dgn model ABC (“harus” mjd “preferen)
-          Berusaha memperbaiki keyakinan2 irasional menjadi keyakinan rasional
-          Menantang konseli untuk mengembangkan falsafah hidup yang rasional
Pengalaman  konseli dlm konseling
-          Mencapai pemahaman
-          Mengalami proses reedukatif
-          Memfokuskan masalah yg saat ini terjadi
Hub. Konselor dan Konseli
-          Cenderung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri, sangat aktif dan direktif, serta sering memberikan pandangannya sendiri tanpa ragu, konselor bisa menjadi objektif dingin dan tidak menunjukkan kehangatan kpd sebagian kliennya
-          Konselor memainkan peran sbg model
-          Konselor menekakan tolernsi secara penuh
Ciri2
-            Aktif direktif
-            blablabla
Teknik khusus
-          Direktif
Mengarahkan klien scr langsung dari irasional mjd rasional
-          Didaktik
-          Konfrontasi
-          Reeduksi
-          Pekerjaan rumah
Tugas yg diberikan konseli untuk konseli berpikir rasional
Kelebihan
-          Pendekatan jelas
-          Mudah dikombinasika dgn teknik TL yg lain
-          Pendekatan relatif sngkat
-          Menghasilkan banyak literatur untuk klien dan konselor
Kekurangan
-          Tidak dapat digunakan scr efektif
-          Banyak indiv mengalami kesulitan dalam memisahkan teori keeksentrikan Ellis
-          Pendekatan ini langsung dan berpotensi konselor terlalu fanatik
-          Menekankan perubahan pikiran bukn cara yg mudah