RATIONAL
EMOTIVE BEHAVIORAL THERAPY (REBT)
A.
SEJARAH
Alber
Elis adalah peletak dasar konseling rasional emotif behavior atau lebih tepatny
disebut rational emotive behavioral therapy (REBT) adalah klinis yang memulai
mengembangkan teorinya sejak 1955. Dia menyusun REBT berdasarkan hasil
pengamatannya bahwa banyak anak yang tidak mencapai kemajuan karena dia tidak
memiliki pemahaman yang tepat dalam hubungana dengan peristiwa-peristiwa yang
di alami. Secara filosofis, Elis mengaku dipengaruhi oleh ahli-ahli filasafat
terdahulu yang dipelajari. Filsuf yang sangat berpengaruh diantar Epictetus,
yang beranggapan bahwa “what disturb
people’s mind is not event but their judgment on event”, yaitu manusia itu
diganggu bukan oleh “sesuatu” tetapi oleh pandangannya yang mereka dapatkan
dari sesuatu itu. Dikalangan penganut budha dan Tao ada anggapan bahwa emosi
manusia mula-mula dari pikiran manusia dan untuk mengubah emosi itu, orang
harus mengubah pikirannya (Gilliland dalam Latipun(2011:72). Gagasan-gagasan ni
selanjutnya oleh Elis dirumuskan dalam konsep psikoteapi.
REBT
memiliki berbagai nama, yaitu: Rational Therapy, Rational Emotive Therapy,
Sematic Therapy, Kognitive Behavior Therapy, da Rational Behavior Traning. REBT
ini dalam teori-teori konseling dan psikoterpi dikelompokan sebagai terapi kognitif
behavior. Elis berpandangan bahwa REBT
merupakan terapi yang sangat komperhansif, yang menanganai masalah-masalah yang
berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Dia termasuk ahli terapi yang
bersebarangan dengan penganut humanistik.
B.
HAKIKAT
MANUSIA
Landasan
filososfis Rational Emotive Behavior Therapy tentang manusai tergambar dalam
quotation dari Epictetus yang dikutip oleh
Ellis: “Men are disturbed not by thing, but by the view which they take
of them (Manusia terganggu bukan karena sesuatu, tetapi karena pandangan
terhadap sesuatu). (Komaasari, 2011)
Secara
umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. REBT
(rational emotion behavior therapy) beranggapan bahwa setiap manusia yang
normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung
secara simultan. pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan
mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku memengaruhi pikiran dan
perasaan. dalam memandang hakikat manusia REBT memilki sejumlah asumsi entang
kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran da
perasaan itu ( Ellis, 1994). asumsi tentng hakikat manusi tentang REBT adalah
sebagai berikut:
1. pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki
kecenderungan utuk berpikir rasional dan irasional. ketika berpikir dan
berperilaku rasional dia fektif, bahagia dan kompeten. keika berpikir dan
berperilaku irasional dia tidak efektif.
2. reaksi “emosional” seseoang sebagian besar disebabkan
oleh evaluai, interpretasi dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari oeh
individu.
3. hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari
cara berpikir yang tidak logis dan irasional. emo menyertaai individu ang
berpikir dengan penuh prasangka, sanga personal dan irasional.
4. berpikir irasional diawali dengan belajar secara tdak
logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan. alam proses
pertumbuhannya, akan terus berpikir dan merasakan dengan asti dengan dirinya
dan tentang yang lain. “ini adalah baik “ dan yang “ itu adalah jelek”.
pandangan ini terus membentuk cara panjangnya selanjutnya.
5. berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi
yang digunakan. verbalsasi yang tidak logis menunjukan cara berpikir yang salah
dan erblisasi yang tepat menunjukan cara berpikirnya yang tepat. dalam kaitanya
denga hal ini tujuan konseling adalah mennjukan keada klien hwa verbalisasi
diri teah menjadi sumber hambatan emosional, membenarkan bahwa verbalisasi diri
adalah idak logis dan irrasional, membenarkan atau meluruskan caraa berfikir
dengan verbalsasi diri yang logis dan efisien dan tidak berhubungan dengan emoi
egatif dan perilaku penolakan diri (self defeating).
6. peasaan dan berpikir negatif an penolakan diri harus
dilawan denga cara berpikir yang rasional dan logis ang dapat diterima menurut
akal sehat, serta menggnaan cara verbalisasi yang rasioanal
Elis
mengidentifikasikan sebelas kenyakinan sebelas kenyakinan irasional individu
yang dapat mengakibatkan masalah, yaitu:
1.
Dicintai
dan disetujui oleh orang lain
2. Untuk
menjadi orang yang berharga
3. Hal
yang sangat buruk dan menyebalkan
4. Ketidakbahagian
merupakan hasil dari persitiwa ekternal yang tidak dapat dikontrol oleh diri
sendiri.
5. Sesuatu
yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu diingat dalam
pikiran.
6. Lari
dari kesulitan dan tanggung jawab lebih mudah daripada mengadapinya
7. Seseorang
harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus memili orang yang
kuat yang dapat menjadi tempat bersandar
8.
Masa
lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak dapat diubah
9.
Individu
bertanggung jawab atas masalah orang lain
10. Selalu
ada jawaban yang benar atas setiap masalah. (Gladding, 1992)
C.
KONSEP
DASAR
1.
Asumsi
Dasar
Teori ini didasarkan pada asumsi kalau
manusia memiliki kapasitas untuk bertindak dengan cara-cara yang rasional
maupun irasional. Perilaku rasional dianggap efektif dan produktif, sedangkan
perilaku irasional dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan
ketidakproduktifan. Elis (1993) mengatakan beberapa asumsi dasar REBT yang
dapat dikategorisasikan pada beberapa postulat, antara lain:
a. Pikiran,
perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain
b. Gangguan
emosional disebabakan oleh factor biologi dan lingkungan
c. Manusia
dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga sengaja
mempengaruhi orang lain disekitarnya.
d. Manusia
menyakiti diri sendiri secara kognitif, emosiona dan tingkah laku.
e. Ketika
hal yang tidaak menyengkan terjadi, individu cenderung menciptakan kenyakinan
yang irasional tentang kejadian tersebut.
f. Kenyakinan
irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian.
g. Sebagaian
besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan ganguan emosional.
h.
Ketika
individu bertingkah laku menyakiti diri sendiri.
Ellis
menganggap banyak jenis problem emosi yang diakibatkan oleh irasional dalam
pola pikirnya. Pola irasional inibisa dimulai sejak usia dini dan diperkuat
oleh pribadi-pribadi signifikan dalam hidup seorang individu, selain juga oleh
budaya dan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Menurut Ellis, individu dengan
problem emosinya mengembangkan sistem keyakinan yang mengarah pada verbalisasi
implisit atau percakapan sendiri yang umumnya mengandung logika dan asumsi yang
keliru. Pemikiran inilah yang nantinya akan dilihat dalam tindakannya.
Corsini
dan Wedding, dalam Gibson (2011: 220-221) mengungkan proposisi utama REBT
sebagai berikut.
a.
Setiap
individu lahir dengan potensi menjadi rasional, tetapi bisa juga irasional.
b. Kecenderungan
individu untuk berpikir irasional dan tidak toleran.
c. Manusia
memahami, berpikir, merasa dan bersikap dalam suatu kesatuan yang tak
terpisahkan.
d. Prosedur-prosedur
dalam psikoterapi tidak selalu efektif dan efisien.
e. REBT
tidak mempercayai hubungan hangat klien dan konselor.
f. REBT
menggunakan permainan peran, latihan penegasan, disensitisasi, dan seluruh
teknik apapun yang bisa membantu klien.
g. REBT
yakin sebagian besar problem neurotik melibatkan pikiran yang tidak realistik,
tidak logis, dan merusak diri, sehingga ketika diinterfensi dengan pola pikir
logis maka pola berpikir irasional bisa diminimalkan.
Menurut Nelson dan Jones 1995 pendekatan REBT memiliki
tiga hipotensis fundamental yang menjadi landasan berfikir dari teori ini,
yaitu:
a.
Pikiran dan emosi
saling berkaitan,
b.
Perfikir dan emosi
saling memperngaruhi satu sama lain, keduanya berkerja seperti lingkaran yang
memiliki hubungan sebab dan akibat, dan pada poin tertentu, pikiran dan emosi
menjadi hal yang sama.
c.
Pikiran dan emosi
cenderung berperran dalam self-talk . Sehingga pertanyaan internal individu
sangat berarti dalam mengasilkan dan memodifikasikan emosi individu.
Menurut Ellis,
terdapat enam prinsip teori REBT, antara lain:
a.
Pikiran adalah penentu
proksimal yang paling oenting terhadap emosi individu.
b.
Disfungsi berfikiran
adalah penentu stress emosi
c.
Cara terbaik untuk
mengatasi stress adalah dengan megubah cara berfikir
d.
Percaya atas berbagai
factor yang mempengaruhi genetic dan lingkungan yang menjadikan penyebab
pikiran yang irasional
e. Menekankan pad amasa sekarang dari pada pengaruh masa
lalu
f.
Perubahan tidak terjadi
dengan mudah.
2.
Proses
Berfikir
Menurut
pandangan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy, indiidu memiliki tiga
tingkatan befikir, yaitu befikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan
bukti-bukti (inferences), mengadakan penilaian terhadap fakta dan bukti
(evaluation), dan kenyakinan terhadap proses inferences dan evaluasi (core
belief)(Froggatt, 2005).
Elis berpendapat bahwa sumber dari REBT
adalah irrational belief yang dapat dikatagorikan menjadi 4 yaitu:
a.
Demands (tuntutan)
adalah tuntutan atau ekspentaksi yang tidak realities dan absolute terhadap
kejadian atau individu yang dapat dikenal dengan kata-kata seperti harus,
sebaiknya, dan lebih baik.
b.
Awfulising adalah cara
mebalik-balikan konsekuensi negative dari suatu situasi samapai pada level yang
ekstrim sehingga kejadian yang tidak menguntungkan menjadi kejadian yang
menyakitkan.
c.
Low fustation tolerance
(LFT) adalah kelanjutan dari tuntutan untuk selalu berada dalam kondisi nyaman
dan merefleksikan ketidaktoleransian terhadap ketidaknyamanan.
d.
Global evaluations of
human worth, yaitu menilai keberhagaan diri senidri dan orang lain. (Wallet,
1992)
Selanjutnya Ellis
membagi pikiran individu menjadi tiga tingkatan yaitu: dingin, hangat dan
panas.
3.
Rasionalitas
sebagai Filosofi Personal (Rationality as
a Personal Philosopy)
Individu
memiliki personal aturan-aturan atau filosofi hidup yang dipengaruhi oleh pola
suh, ajaran agama, prinsip hidup atau opini yang dipegang teguh secara umum.
REBT membnatu individu untuk mengembnagkan filosofi hidup yang baru yang dapat
mengurangi stress dan meningkatkan kebahagian. Konselor membantu konseli untuk
selalu ingat bahwa semua orang adalah bisa salah dan terpeleset, mengurangi
tuntutan untuk menjadi perfeksionis, mengembnagkan penerimaan diri dan
penerimaan terhadap orang lain yang positif. Perubahan ini dilandasi oleh
pikiran yang logis dan ilmiah yang menghasilkan perubahan yang mendalam pad
filosofi hidup dan sikap individu (Walen, 1992)
4.
Teori
ABC
Teori
ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang pendekatan
REBT, kemudian ditambah D dan E untuk mengakomondasikan perubahan dan hasil
yang diinginkan dari perubahan tertentu. Selanjutnya, ditambahkan G yang
diletakan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadaian individu:
|
G:
|
(goal) atau tujuan-tujuan, yaitu tujuan fundamental
|
|
A:
|
(activating
event in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan
individu
|
|
B:
|
(beliefs)
atau kenyakinan baik irasional maupun irasional
|
|
C:
|
(consequences) atau konsekunsi baik emosional maupun
tingkah laku
|
|
D:
|
(disputing
irasional belief) atau melakukan dispute
filosifi hidup efektif
|
|
E:
|
(Effective
new philopsopy on life) adalah mengembangkan filosofi hidup yang efektif
|
|
F:
|
(futher
action/ new feeling) atau aksi yang dilakukan lebih lanjut dan perasan baru
yang berkembang.
|
(Nelson-Jones. 1995)
Pendekatan REBT berpendapat
bahwa individu mengalahkan atau menggadirinya dengan dua cara yaitu memegang
teguh kenyakinan irasional tentang self/ diri yang disebut dengan ego
disturbance dan dengan memegang teguh kenyakinan irasiona tentang emosi dan
kenyamanan fisik, hal ini disebut dengan discomfort disturbance (Forggatt,
2005). Ego disturbance merepresntastikan kecemasan dan kemarahan terhadap diri
(Self- image) seperti “saya harus…..”, melakukan yang terbaik/ tidak boleh
gagal. Sedangkan discomfort disturbance dihasilkan dari tuntutan atas orang
lain seperti :”orang lain harus memperlakukan saya dengan baik, atau tuntutan
atas lingkungan sekitar seperti situasi dimana saya tinggal harus seperti yang
saya harapkan. Discomfort disturbance terdiri atas 2 tipe yaitu:
a. Low
frustration- tolerance (LFT)
Hal ini dihasilkan dari tuntutan
terhadap lingkungan yang tidak terpenuhi, diikuti ikeh kejadian buruk.
b. Low
discomfort- tolerance (LDT)
Hal
ini timbul dari tuntutan individu bahwa ia tidak boleh meiliki pengalaman yang
tidak nyaman secara emosi dan fisik.
D.
TUJUAN
KONSELING REBT
Dalam
konteks teori kepribadian, tujuan konsling merupakan efek (E) yang diharapkan terjadi
setelah dilkukan intervensi oleh konselor (desputing/D). Karena itu teori REBT
tentang kepribadian dalam formula A-B-C dilengkapi oleh Elis sebagai teori
konsseling yaitu A-B-C-D-E (Antecedent event, belief, emotional consequenceal,
desputing, effect). efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang
diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling.
Beranngkat
dari pandangannya tentang hakikat manusia, tujuan konseling menurut Elis pada
dasarnya membentuk pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara-cara berfikir
yang irasional. Dalam pandangan Elis, cara berfikir yang irasional itulah yang
menjadi individu mengalami gangguan emosional dan karena itu cara-cara
berfikirnya itu atau iB harus diubah menjadi yang lebih tepat yaitu cara
berfikir yang rasional.
Untuk
mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tenang sistem
keyakinan atau caa berfikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu
dicapai dalam REBT (Latipun, 2008:123) :
1.
Pemahaman insight
dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan
pada penyebab sebelumnya yang sebagia besar sesuai dengan keyakinannya tentang
peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.
2.
Pemahaman terjadi ketka
konselor/ terpis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien
pada saat ini adalah karena keyakinan yang irasional tentu dipelajari dan
diperoleh sebelumnya.
3.
Pemahaman dicapai pada
saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada
jalan lain untuk keluar dari hambatan emotional kecuali dengan mendeteksi dan
“melawan” keyakian yang irasonal (iB).
E.
FUNGSI
DAN PERAN KONSELOR KONSELING REBT
Konselor
REBT diharapkan dapat memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien
atau yang disebutnya sebagai unconditional self-acceptance (USA) yaitu
penerimaan diri tanpa syarat, bukan dengan syarat(consditioning regard), karena
filosofi REBT berpegang bahwa tidak ada manusia yang terkutuk untuk banyak
hal(Ellis, 1994, 1997).
penggunaan
USA dalam konseling, menurut Ellis akan membantu klien untuk menerima dirinya
secara penuh, dan akhirnya akan meningkatkan high frustration tolerance(HFT).
Orang yang selalu melakukan penilaian terhadap dirinya (self-rating) akan
menimbulkan masalah yang besar bagi dirinya.
Menurut REBT peran konselor adalah sebagai berikut:
1. Konselor
lebih edukatif-direktif kepada klien yaitu dengan banyak memberikan cerita dan
penjelasan, khususnya pada tahap awal.
2.
mengkonfrontasikan
masalah kien secara langsung.
3.
menggunakan
pendekatan yang dapat meberi semangat dan memperbaiki cara erfikir klien,
kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri.
4. dengan
gigih dan berulang-ulang dalam menekankan bahwa ide irrasional itulah yang
menyebabkan hambatan emotional pada klien.
5. menyerukan
klien menggunakan kemampuan rasional(rational power) dari pada emosinya.
6. menggunakan
pendekatan didaktif dan filosofis
7. menggunakan
humor dan “menggojlok” sebagai jalan mengkonfrontasikan berfikir secara
irrasional.
F.
HUBUNGAN
KONSELOR DAN KLIEN KONSELING REBT
Kerena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif
dan direktif, sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak
diperlukan. Seperti halnya terapi person centered Rogers, praktisi REBT
menerima tanpa syarat semua klien den juga mengajarkan mereja untukm menerima
oranglain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.
Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan
pemahaman dapat menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan
persetujuan dari terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai
makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik
mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku,. Ellis membangun hubungan
dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia memiliki iman yang
besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri mereka sendiri dan bahwa ia
memiliki alat untuk membantu mereka melakukan hal ini.
Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan
keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan
diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu
adalah penting untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai
lawan untuk menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas.
G.
TEKNIK-TEKNIK
KONSELING
REBT
Dalam proses konseling, konselor mengidentifikasi
pikiran-pikiran irasional konseli. Terdapat tujuh factor yang dapat
digunakanuntuk mendeteksi pikiran irasional, yaitu:
1. Generalisasi
yang berlebihan ( overgeneralization)
Seperti misalnya : “ saya mendapat nilai 50 pada mata pelajaran matematika, maka
saya memang tidak bisa matematika”.
2. Distorsi
(distortion)
Terkadang menngacu pada pikiran yang
beranggapan tentang keselluruhan atau tidak sama sekali, semua baik atau semua
buruk, seperti : “ saya tidak mendapatkan nilai A pada semua mata kuliah, lihat
saja KRS saya, saya memang bukan mahasiswa yang baik”.
3. Lihat
pada hal-hal yang dihapus (deletion), yaitu tendensi untuk berfokus pada
kejadian negative dan menghapuskan kejadian positif, seperti :”Saya kalah dua
kali dan menang satu kali, pada permainan berikutnya, saya pasti kalah”.
4. Lihat
pada hal-hal yang dianggap tragedy, atau bencana (catastrophising) yaitu kesalahan yang dilebih-lebihkan dan
keberhasilan yang dikecilkan, seperti: “Saya cuma beruntung dapat nilai A”
5. Lihat
pada penggunaan kata-kata absolut seperti harus, selalu, tidak boleh, tidak
pernah. “Saya tidak boleh berbuat kesalahan”.
6. Lihat
pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau
seseorang yang konseli pikir mereka tidak dapat memahaminya, seperti: “Dia
seharsunya dihukum dan tidak diperbolehkan bebas begitu saja”
7. Lihat
pada ramalan (fortune telling) atau predikisi masa depan, seperti: “Saya tahu
bahwa temans saya tidak akan senang pada pesta saya” (Thompson, 2004 dalam
Komalasari 2011)
Mengubah
pikiran adalah treatmen utama Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), hal ini
terjadi pada dispute. Dispute adalah mendebatkan atau
menentang kenyakinana yang irasional yang dapat berupa pikiran, imajinasi, dan
tingkah laku (Walen, 1992 dalam Komalasari, 2011). Dispute terdiri dari dua
tahap yaitu:
1. Menelaah
dan menentang pikiran irasional yang sekarang diyakini konseli
2. Mengembangkan
mode berfikir baru yang lebih fungsional
Teknik Koneseli dengan pendekatan Reational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok yaitu: teknik
kognitif, teknik imageri, teknik behavioral atau tingkah laku.
1. Teknik
Kognitif
a. Dispute
Kognitif/ Cognitive disputation)
Adalah
usaha untuk mengubah kenyakinan irasional konseling melalui philosophical
persuation, didactic presentation, Socratic dialogue, vicarious experiences dan
berbagi ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan cognitive disputation
adalah dengan bertanya.
1) Pertanyaan-pertanyaan
untuk melakukan dispute logis:
Apakah
itu logis? Apa itu benar? Mengapa tidak? Mengapa
begitu? dll
2) Pertanyaan
untuk reality testing
Apa buktinya,
Apakah yang akan terjadi kalau…?Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat
menakutkan/menyakitkan?
3) Pertanyaan
untuk pragmatic disputation
Selama kamu
menyakini hal tersebut,akan bagaimana perasaanmu kamu? Apakah ini berharga
untuk dipertahankan?
b. Analisi
Rantional (Rational Analysis)
Teknik
untuk mengajarkan bagaimana membuka dan mendakati kenyakinan irasional.
c. Dispute
Standard Ganda ( Double Standard Dispute)
Mengajarkan
konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang dirinya, orang lain dan
lingkungan sekitar.
d. Skala
katastropi (Catasthophe Scale)
Membuat
proposi tentang peristiwa yang menyakini. Misalnya: dari 100% buatlah
prosentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi
prosentasenya sampai yang paling rendah.
e. Devil
advocate atau rational role reversal
Yaitu
meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki kenyakinan rasional
sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli
melawan kenyakinan irasional konselor dan kenyakinan rasioanl yang
diverbalisasikan.
f. Membuat
frame ulang (reframing)
Mengevaluasi
kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame
berfikir konseil.
2. Teknik
Imageri
a. Disapute
imajinasi (imaginal disputation)
Strategi
imaginal disputation melibatkan penggunanan imageri. Setelah melakukan disapute
secara verbal, konselor meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali pada
situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah.
b. Kartu
control emaotional (the emaotional control card –ECC)
Adalah alat yang
dapat membantu konseli menguatkan dan memperluas praktik REBT. ECC digunakan
untuk memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik
diri, kecemasan,dan depersi. ECC berisi 2 katagori perasaan yang pararel, yaitu
(1) perasaan yang tidak seharsunya atau merusak diri dan, (2) perasaan yang
sesuai dan tidak merusak diri.
c. Proyeksi
waktu (time projection)
Meminta konseli
untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu
terjadi, setelah itu membayangkan seminggu kemudian, sebulan kemudian, enam
bulan kemudian, setahun kemudian, dan seterusnya. Konseli dapat melihat bahwa
hidup berjalan terus dan membutuhkan penyesuaian.
d. Teknik
melebih-lebihkan (the “blow-up”technique)
Adalah varaiasi
dari teknik “worst cast imagery”. Meminta konseli membanyangkan kejadian yang
menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian ,melebih-lebihkannya sampai
taraf yang paling tinggi. Hal ini bertujuan agar konseli dapat mengontrol
ketakutannya.
3. Teknik
Behavioral
a. Dispute
tingkah laku (behavioral disputation)
Behavioral
dispute atau risk taking, yaitu memberi kesempatan kepada konseli untuk
mengalami kejadian yang menyebabakan berfikiran irasional dan melawan
kenyakinannya tersebut.
b. Bermain
peran (role playing)
Dengan bantuan
konselor konseli melakukan role play tingkah laku baru yang seusai dengan
kenyakinan yang irasional.
c. Peran
Rasional terbaik (Rational role reversal)
Yaitu meminta
konseli untuk memanikan peran yang memiliki kenyakinan rasional sementara
konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional.
d. Pengalaman
langsung (exposure)
Konseli
secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini dilakukan melalui
perencanaan dan penerapan keterampilan mengatasi masalah yang telah dipelajari
sebelumnya.
e. Menyerang
rasa malu (shame attacking)
Melakukan
konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku
yang memalukan denga memandang ketidaksetujuan lingkungan sekitar.
f. Pekerjaan
rumah (homework assignments)
Terdapat
beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dalam homework assignments yaitu
membaca, mendengarkan, menulis, mengimajinasikan, berfikir,relaksasi, dan
distruction, serta aktivitas.
H.
Tahapan
Konseling
Dari pertemuan
awal sebaiknya terapis menunjukkan kepada klien bahwa REBT merupakan terapi
aktif-direktif terstruktur yag memfokuskan pada klien bukan hanya untuk merasa
lebih baik, tapi dengan mengubah pemikiran dan perilaku. Para terapis REBT
biasanya menghendaki klien untuk mengisi formulir biografi dasar dan juga
mengumpulkan informasi tentang presentating
problem-nya. Menjelang akhir fase awal REBT, terapis dan klien seharusnya
memiliki pemahaman tentang masalah emosional dan masalah perilaku utama klien
dan telah mulai memprioritaskannya untuk memberikan struktur bagi pekerjaan
bersama mereka kelak.
Fase pertengahan
REBT, terapis cenderung memfokuskan agar klien lebih memperkuat keyakinan
rsionalnya dari pada keyakinan irasionalnya. Fase REBT ini mempunyai dua agenda
utama yaitu membantu klien mengatasi masalah emosional dan perilaku khususnya
dan mengajarkan ketrampilan mengidentifikasi dan mengatasi masalah pada
umumnya.
Selama fase
akhir, terapis dapat bekerja bersama-sama klien untuk mengantisipasi berbagai
masalah dan kesulitan dan mengartilkulaskan bagaimana mereka bisa menggunaka
ketrampilan REBT untuk mengatasi masalah tersebut. Kebanyakan terapis REBT
menjadwalkan sesi-sesi tindak lanjut untuk memonitor kemajuan klien.
Sejak awal klien
sebaiknya diajari bahwa mereka hanya dapat mengubah dan mempertahkan perubahan
dengan kerja dan praktik. Selama terapi tugas dan PR digunakan untuk membantu
klien membangun ketrampilan di luar setelah terapi. Terapis kebanyakan menemui kliennya dalam
sesi individual/mingguan. Sesi-sesi
terapi Ellis sendiri sering kali berlangsung selama 30 menit. Klien biasanya
mempunyai 5 sampai 50 sesi. Terapi pendek dengan 1 sampai 10 kali hanya untuk
klien yag siap tinggal dalam terapi jangka pendek (Ellis,1996).
REBT dapat digunakan pada kebanyakan klien, mulai dari mereka yang
mempunyai gangguan ringan sampai kenakalan remaja, gangguan kepribadian ambang,
psikotik jika masih memiliki kontak dengan relitas dan individu-individu dengan
tingkat difensi mental yang lebih tinggi. Namun sebenarnya REBT lebih efektif
dengan klien yang memiliki gangguan ringan dan untuk mereka yang memiliki satu
gejala utama, misalnyainadekuasi seksual.
I.
ILUSTRASI
MASALAH
Seorang
siswa menerima surat dari seorang siswi yang dianggap sebagai pacar sekaligus
cinta pertamanya. Surat itu berisikan hubungan kita sampai disini saja.
Siswa
itu menginterpetasikan kejadian ini sebagai malapetaka besar dan berkata pada
dirinya sendiri “Aku seharusnya mendapat kisah cinta yang indah, Kamu seharunya
tidak mengakhiri hubungan ini. Ini musibah yang sangat besar bagiku. Rasanya
harga diriku terinjak-injak. Usahaku gagal total, aku adalah pecundang dan
pemuda brengsek jadi tak ada artinya aku hidup” Pikiran-pikiran semacam ini
bercorak irasional dan tidak masuk akal.
Sebagai
akibat pikiran-pikiran irasional diatas, siswa tersebut merasa putus asa dan
tidak semangat untuk hidup. Reaksi emosional itu menyebabkan ia sulit tidur,
malas makan dan suka marah-marah. Lalu siswa itu tidak masuk sekolah selama 1
minggu karena sakit.
Konselor
memanggil siswa itu setelah masuk sekolah, singkat cerita setelah mencurahkan
segala masalah yang dihadapi oleh siswa. Konselor menjelaskan bahwa segala
keputusasan yang dialami oleh dia adalah akibat dari cara mengahadapai kejadian
surat penolakan dengan pikiran yang irasional, dan dengan cara tidak berangkat
sekolah bukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Konselor mulai melakukan
dispute kognitif berupa usaha-usaha merubah kenyakinan irasional dengan cara
menanyakan hal logis dan rality dalam masalahnya. Seperti: “ Siapa bilang kamu
seharausnya tidak ditolak? Apakah surat itu bermakna membuatmu jatuh dalam
lembah kenistaan? Apakah pemuda yang tidak dapat mempertahankan hubungannya
disebut pecundang dan brengsek? Dan sebagainya. Konselor juga menjelaskan bahwa
dia dapat mengmabil pelajaran dari masalah ini misalnya “ Lain kali jangan
terlalu menaruh harapan serba cepat. Kegagalan dalam cinta akan membuat orang
lebih matang dalam hubungan selanjutnya”, dan sebagainya.
Konseli
berubah dalam menanggapi masalah dan
cara menginterpetasikan masalahnya serta dapat memunculkan reaksi emosional
secara lebih rasional.
J.
EVALUASI
TEORI KONSELING REBT
Menurut Aristya
Ananda, 2013 menyebutkan kelebihan dan kelemahan konseling REBT yaitu:
1. Kelebihan REBT
a. Pendekatan ini cepat sampai kepada
masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, perawatan juga dapat
dilakukan dengan cepat.
b. Kaedah berfikir logis yang diajarkan
kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
c.
Klien merasa dirinya mempunyai
keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
2. Kelemahan REBT
a. Ada klien yang boleh ditolong
melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas
otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada
logika.
b. Ada sebagian klien yang begitu
terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar
sekali dicapai.
c. Ada juga sebagian klien yang memang
suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan
tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.
Sedangkan menurut nilazaima, 2014
mengemukakan kelemahan dan kelebihan REBT sebagai berikut
1. Kelemahan
a. Penggunaan
efektif terhadap intervensi terapi perilaku kognitif memerlukan studi
ekstensif, pelatihan, dan praktek
b. Eksplorasi
masa lalu tidak efektif dalam membantu klien mengubah pemikiran yang salah dan
perilaku.
c. Karena
sifat aktif dan direktif dari pendekatan ini, terkadang terdapat penyalahgunaan
kekuasaan terapis dengan memaksakan ide-ide tentang apa yang merupakan
pemikiran rasional
d. REBT
adalah terapi yang kuat dan konfrontatif, terkadang klien akan mengalami
kesulitan dengan gaya konfrontatif tersebut.
2. Kelebihan
a. Kerangka
A-B-C sederhana dan jelas menggambarkan bagaimana terjadinya gangguan pada
manusia dan cara-cara di mana perilaku bermasalah dapat diubah.
b. Menempatkan
penekanan pada wawasan/insight baru diperoleh ke dalam tindakan.
c.
Fokus
pada pengajaran cara klien untuk melanjutkan terapi mereka sendiri tanpa
intervensi langsung dari terapis.
d. Penekanannya
pada praktik terapi yang komprehensif dan integratif.
e. Teknik
kognitif, emotif, dan perilaku Banyak dapat digunakan dalam perubahan emosi dan
perilaku seseorang dengan mengubah struktur kognisi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Latipun. 2011. Psikologi konseling.
Malang:UMM Press
Komalasari, Gantina. dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta
Barat: PT Indeks.
Winkel & Sr Hastuti.2004.
Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Ananda, Aristya. 2013. Terapi Perilaku Emotive Rasional. http://anandaaristya.wordpress.com/2013/04/15/terapi-perilaku-emotif-rasional/ . diunduh tanggal 25 Sepetember 2014. Pukul 11.45 WIB
Nilazaima. 2014. Pendekatan Perilaku Emotive Rasional. http://nilazaima.wordpress.com/2014/03/27/pendekatan-rebt/. diunduh tanggal 25 Sepetember 2014. Pukul 11.45 WIB
Catatan dari
Bu Ina (31/10/2014)
Dikatakan
bermasalah jika:
1.
Memiliki pemikiran
irasional
2.
Manusia memiliki
cenderung kuat ketika dogma keharusan / baiknya
3.
Cenderung
menyalahkan orang lain
3 hal yang menyebabkan berpikir irasional
1.
Anak tidak berpikir
secara jelas tentang yg ada saa ini dan yang akan datang. Antara kenyataan dan
imajinasi bingung.
2.
Anak tergatung pada
perencanaan dan pemikiran orang lain (keluarga, teman dekat)
3.
Orang tua dan
masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional dan siajarkan kepada
anaknya.
Tahap-tahap REBT
1.
Membina hubungan
baik
Opening,
attending, topik netral, dll
2.
Eksplorasi problem
3.
Konselor
mmengajarkan abc
4.
Menentang sistem
irasional konseli dengan menggunakan pikiran rasional dan logis (dispute)
5.
Konselor bersama
konseli membuat cara pandang yg baru atas masalah yg dialami
6.
Evaluasi dan
terminasi
kerangka A-B-C
A.
Keberangkatan suatu
fakta peristiwa tingkah laku/sikap seseorng
B.
Keyakinan mengenai
pengalaman tersebut
C.
Konsekuensi/reaksi
emosional seseorang yang disebabkan karena pikirannya (bisa layak/tidaklayak)
D.
Penerapan metode
intervensi= memperjuangkan
Belief
-
Rational beliefs
(Br): sehat produktif adaptif konsisten dengan realitas sosial dan pada umumnya
terdiri atas preferensi, hasrat dan keinginan
-
Irasional beliefs:
kaku, dogmatis, tidak sehat, maladaptif, sebagian besar menghalangi orang untuk
mencapai
Disputing
Intervention (D):
Tiga komponen proses digunakan untuk menentang irasional
-
Diskusi
-
Berdebat
-
Diskriminatif
Yang membantu
-
Functional disputes
Menunjukkan
kpd koli bahwa keyakinannya tidak benar
Ex: apakah hal
itu membantu anda?
-
Empirical disputes
Mengevaluasi
komponen2 faktual
Ex mana bukti
bahwa anda harus berhasil dalam melaksanakan tugas?
-
Logical disputes
Menunjukkan
lompatan tidak logis yg dibuat koli
Ex bgmn
logikanya bahwa hanya karna anda ingin hal itu bnr adanya dan dgn bgtu pasti
akan sangat menyenangkan maka memang itulah yg seharusnya trjd?
-
Philosophucal
disputes
Menangani
makna dan kepuasan dlm berbagai kehidupan
Ex terlepas
dari kenyataan bahwa dibidang ini, keadaan kadang2 / sering kali tdk berjalan
sprt yg anda inginkan, apakah dgn putus tidak akan ada yg menyayangi anda?
Tujuan utama
-
Membantu klien
dalam proses mencapai diri tanpa syarat.
Tujuan khusus
-
Membantu individu
menyadari bahwa mereka dapat hidup dgn lebih rasional dan lebih produktif
-
Membantu individu
untuk mengubah kebiasaan berpikir dan Tlyg bermasalah
-
Membantu bla bla
bla
Peran dan
fungsi konselor:
-
Menunjukkan
verbalisasi irasional
-
Mengajarkan cara
pandang yg lain dgn model ABC (“harus” mjd “preferen)
-
Berusaha
memperbaiki keyakinan2 irasional menjadi keyakinan rasional
-
Menantang konseli
untuk mengembangkan falsafah hidup yang rasional
Pengalaman konseli dlm konseling
-
Mencapai pemahaman
-
Mengalami proses
reedukatif
-
Memfokuskan masalah
yg saat ini terjadi
Hub. Konselor
dan Konseli
-
Cenderung tampil
informal dan menjadi dirinya sendiri, sangat aktif dan direktif, serta sering
memberikan pandangannya sendiri tanpa ragu, konselor bisa menjadi objektif
dingin dan tidak menunjukkan kehangatan kpd sebagian kliennya
-
Konselor memainkan
peran sbg model
-
Konselor menekakan
tolernsi secara penuh
Ciri2
-
Aktif direktif
-
blablabla
Teknik khusus
-
Direktif
Mengarahkan
klien scr langsung dari irasional mjd rasional
-
Didaktik
-
Konfrontasi
-
Reeduksi
-
Pekerjaan rumah
Tugas yg
diberikan konseli untuk konseli berpikir rasional
Kelebihan
-
Pendekatan jelas
-
Mudah dikombinasika
dgn teknik TL yg lain
-
Pendekatan relatif
sngkat
-
Menghasilkan banyak
literatur untuk klien dan konselor
Kekurangan
-
Tidak dapat
digunakan scr efektif
-
Banyak indiv
mengalami kesulitan dalam memisahkan teori keeksentrikan Ellis
-
Pendekatan ini
langsung dan berpotensi konselor terlalu fanatik
-
Menekankan
perubahan pikiran bukn cara yg mudah